Para ilmuwan menyampaikan bahwa DBD dan Covid-19 memiliki gejala yang tumpang tindih.
Beberapa penulis bahkan menggambarkan kasus yang salah didiagnosis.
Covid-19 atau demam berdarah memiliki gejala hampir sama, seperti demam tinggi, sakit kepala, dan nyeri pada tubuh.
Baca Juga: Cegah Bahaya, Kenali Seluk Beluk Fase Kritis Demam Berdarah di Sini
Namun, pada musim DBD mungkin dapat memperburuk situasi Covid-19 karena kedua virus akan saling melengkapi.
Oleh karena itu, DBD dan Covid-19 membutuhkan pengobatan simtomatik di mana dalam beberapa aspek pengobatannya agak kontradiktif dan rumit.
"Pada Covid-19, biasanya dokter akan menyuntikkan obat heparin secara subkutan yang pada akhirnya mencapai aliran darah," terang dr Priyoto Marbun, Medical Marketing Good Doctor.
Baca Juga: Cegah Bahaya DBD, Ini 6 Tanaman Pengusir Nyamuk Demam Berdarah
Suntikan dilakukan untuk mencegah emboli pada pasien.
"Emboli sendiri merupakan penyumbatan arteri secara tiba-tiba yang dapat menghalangi aliran oksigen di mana menjadi penyebab beberapa pasien mengalami komplikasi bahkan setelah operasi," ujarnya.
Suntikan heparin tidak dapat dilakukan jika pasien Covid-19 juga mengidap penyakit DBD bersamaan.
Biasanya, jika pasien menderita Covid-19 dan DBD secara bersamaan, maka pengobatan tergantung pada penyakit mana yang lebih dominan.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Source | : | Tribun Jakarta |
Penulis | : | Septirini Sekar Nusantari |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR