NOVA.id - Kemampuan berargumentasi, yang menjadi pilar berpikir kritis, merupakah salah satu kompetensi yang dipandang perlu di abad ke-21.
Menurut salah satu artikel dalam singteach.com (Juni 2016)—media daring yang dikelola oleh National Institute for Education (NIE), Singapura—kemampuan untuk berargumentasi merupakan salah satu keterampilan yang perlu dikuasai siswa agar mampu beradaptasi dan di dalam dunia yang berkembang makin cepat dan makin kompleks.
Itu karena berpikir argumentatif menjadi tulang punggung siswa untuk berpikir lintas bidang.
Beruntunglah, tidak seperti dugaan sebagian kalangan, kemampuan ini bukanlah semata datang dari bakat, tetapi terutama hasil pembelajaran dan pelatihan.
Baca Juga: Tetap Sehat dan Produktif di Masa Pandemi ala The 5AM Club
Deanna Kuhn, seorang profesor Psikologi dan Pendidikan di Teachers College, Universitas Columbia, bahkan menggarisbawahi pentingnya penguasaan kemampuan berargumentasi ini.
Ia melihat, ketidakmampuan berpikir kritis dan berargumentasi tampak antara lain pada ketidakmampuan membedakan penjelasan dan bukti-bukti.
Maka, sering orang bersitegang karena si A mengatakan, “beginilah kejadiannya”, dan B juga mengatakan, “beginilah kejadiannya”. Masing-masing menyatakan penjelasan dari sudut pandangnya, alih-alih tidak berpijak pada buktinya.
Baca Juga: Tetap Berkarya dalam Melestarikan Kebudayaan Bangsa Indonesia, Pigeon Luncurkan Botol Motif Batik
Penulis | : | Redaksi NOVA |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR