Sebagai informasi, baik atau tidaknya kondisi status gizi dapat diketahui melalui pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) dan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Apabila angka LILA calon pengantin di bawah standar yang diharapkan, maka disarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan guna mengetahui cara memperbaiki status LILA dan IMT.
Biasanya, tenaga kesehatan akan memberikan tips dan info terkait pola makan gizi seimbang dan kebiasaan kebiasaan yang baiknya dilakukan secara rutin.
Dijelaskan pula oleh tenaga kesehatan calon perempuan menikah seperti apa saja yang berisiko melahirkan anak stunting.
Mereka yang berisiko adalah pasangan merokok, melahirkan saat berusia terlalu muda, terlalu tua, serta perempuan dengan anemia.
Kondisi tubuh perempuan yang terlalu kurus juga berisiko tidak mampu mencukupi gizi bagi janin yang dikandungnya kelak, dan ukuran seseorang gemuk atau kurus ditentukan dari Indeks Massa Tubuh (IMT).
Pengukuran LILA dilakukan untuk mengetahui risiko Kurang Energi Kronik (KEK) atau kekurangan gizi berkepanjangan pada perempuan.
Hasto mengatakan hal yang tidak kalah penting dalam skrining dan pendampingan kepada Calon Pengantin/Calon PUS.
Penting membuat calon pengantin memahami dan menyadari tentang pencegahan stunting.
"Pada akhirnya kita semua mengharapkan setiap Calon Pengantin/Calon PUS mau melakukan upaya-upaya pencegahan stunting yang dilandasi pemahaman dan kesadaran," papar dia.
Oleh karena itu sebelum seorang perempuan menikah dengan pasangannya, penting untuk melakukan cek kesehatan sekaligus memeriksa status gizi di Puskesmas terdekat supaya bisa melahirkan generasi bebas stunting. (*)
Artikel ini telah tayang di Parapuan dengan judul Pentingnya Memahami Masalah Stunting Sebelum Perempuan Menikah
Source | : | Parapuan |
Penulis | : | Ratih |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR