“Daripada enggak sekolah, akhirnya memutuskan untuk sekolah di panti asuhan di Lampung,” tutur Fatimah.
Di sana ia bisa melanjutkan sekolahnya ke jenjang sekolah menengah pertama (SMP). Setelah lulus, Fatimah harus menerima kenyataan pahit kalau sang ayah telah berpulang, kala ia kembali ke kampung halaman.
Di tengah kesedihan, Fatimah tak kuasa melihat beban yang dipikul ibu dan kakaknya. Akhirnya, ia memutuskan kembali masuk ke panti asuhan yang berada di Lebak, Banten.
Baca Juga: Dokter Grace Hananta Pilih Holistik Agar Pasien Sembuh Sempurna
Kata Fatimah, “Di sana sekolah gratis, tapi untuk makan dan sebagainya bawa bekal sendiri. Biasanya ibu kasih bekal beras.”
Sayangnya, bekal yang diterima kerap kali kurang, ia bisa memakluminya. Terlebih, kondisinya di panti jauh lebih baik, karena kadang ada bantuan dari dermawan untuk makanan, mainan, hingga buku.
“Ibu sama adik lebih susah di rumah, ibu mencari sesuap nasi sampai serumah rebutan. Kakak saya laki-laki, mereka nyemir sepatu. Cerita mereka sama pedih, bahkan kakak dipukuli preman,” kenangnya.
Baca Juga: Cerita Sukses Milenial, Jatu Barmawati Bangga Jadi Petani Perempuan
Penulis | : | Dinni Kamilani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR