NOVA.id - Semakin bertambah usia, kita semakin sadar bahwa hari tua di depan mata.
Kecemasan akan kehidupan setelah pensiun seringkali dirasakan sebagian orang di usia pertengahan. Sebagian lainnya malah belum memikirkan tentang dana pensiun.
Perencana keuangan Finansialku, Rizqi Syam, CFP®, menyarankan untuk mulai merencanakan dan menyiapkan dana pensiun dengan mengumpulkannya sejak muda. Sebab uang yang harus disiapkan tidak sedikit.
Berdasarkan pengalamannya, sering terjadi kasus dana pensiun yang tidak mampu mencukupi kehidupan masa tuanya.
“Sering kali dalam kasus yang saya temukan, persentase kenaikan investasi dengan gaya hidup pensiun yang diinginkan tidak sesuai,” ungkapnya.
Alhasil, banyak yag terpaksa kembali bekerja demi menyambung hidup. “Jadi ketika pensiun, kita harus menurunkan gaya hidup atau kualitas hidup kita. Ini yang membuat hidup tidak nyaman, sehingga banyak pensiunan yang memilih lanjut bekerja kembali guna mendapatkan pensiun idaman mereka,” tambahnya.
Baca Juga: Inilah Perbedaan Investasi Emas dan Reksa Dana, Mana yang Lebih Baik?
Rizqi menjelaskan ada dua fase keuangan untuk dana pensiun. Pertama, fase akumulasi atau waktu untuk mengumpullkan uang pensiun.
Misalnya, saat ini kita berusia 30 tahun dan ingin pensiun di usia 60 tahun. Maka, kita memiliki waktu 30 tahun untuk mengumpulkan uang pensiun. Waktu inilah yang disebut dengan fase akumulasi.
Pada fase kedua, kita menggunakan uang tersebut saat memasuki masa pensiun. Fase ini disebut dengan fase distribusi.
Misalnya, kita pensiun di usia 60 tahun dengan harapan hidup sampai berusia 80, maka kita memiliki fase distribusi selama 20 tahun.
Kedua fase ini penting untuk memperhitungkan berapa banyak uang yang harus dikumpulkan.
Langkah mudah mengumpulkan dana pensiun yaitu dengan berinvestasi. Rizqi menuturkan banyak instrumen investasi yang dapat digunakan, salah satunya reksa dana. Ada beberapa keuntungan jika kita memilih investasi reksa dana.
Pertama, terdapat pilihan instrumen yang sesuai dengan profil risiko investor.
Apabila investor memiliki profil risiko konservatif, maka dapat memilih reksa dana pasar uang (RDPU).
Instrumen investasi RDPU bisa memberikan return 3-5% per tahunya, jumlah tersebut lebih besar dari deposito saat ini.
Bagi yang memiliki profil risiko moderat bisa memilih reksa dana campuran (RDC) atau reksa dana pendapatan tetap (RDPT).
Jika dirata-ratakan, RDPT bisa memberikan return 8 – 12% per tahun. RDC di beberapa Manager Investasi bisa memberikan di atas 15% setiap tahunnya.
Sedangkan, bagi yang memiliki profil agresif bisa menanamkan modal di reksa dana saham (RDS).
”Dalam jangka panjang teman-teman bisa menemukan ada RDS yang memberikan return sampai 1100% dalam 20 tahun terakhir,” ujar Rizqi.
Keuntungan kedua yaitu kemudahan dalam berinvestasi.
Baca Juga: Raditya Dika Sudah Siapkan Dana Pensiun dan Uang Nikah Anak, Ini Alasannya
Dalam investasi reksa dana, kita akan dibantu oleh Manajer Investasi, sehingga tidak perlu khawatir jika tidak terlalu paham tentang investasi. Tetapi yang perlu diingat adalah kita sebagai investor harus memutuskan manajer investasi yang tepat.
Ketiga, dengan investasi di reksa dana saja kita dapat melakukan diversifikasi investasi ke beberapa instrumen. Kita dapat mengalokasikan dana ke reksa dana yang berbeda.
Misalnya, sebagian dimasukkan ke dalam reksa dana pasar uang, sebagian lainnya dimasukkan ke reksa dana saham atau bentuk diversifikasi lainnya yang dapat diseusaikan dengan keinginan kita.
Terakhir, berinvestasi pada reksa dana tidak terlalu memakan banyak waktu, sehingga investasi ini cocok sekali untuk seseorang yang sibuk dengan pekerjaannya tetapi ingin mendapat uang tambahan untuk dana pensiun.
Selamat berinvestasi, Sahabat NOVA!
Penulis: Mutiara Ramadhanti, Finansialku
Penulis | : | Redaksi NOVA |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR