“Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah melalui penciptaan pekerjaan dan pendidikan berkelanjutan dengan membangun sistem terintegrasi yang mampu menciptakan wirausahawan, meningkatkan kapasitas UMKM dan meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Terutama bidang vokasi dan pelatihan berbasis keahlian seperti pembelajaran digital untuk era pasca pandemi,” jelas Hamdhani.
Lebih lanjut, Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia Bidang HI, Bernandino Vega Jr. mengatakan, Indonesia yang memiliki bonus demografi angkatan muda, harus mampu mengoptimalkan potensi tersebut dengan mengidentifikasi tantangan dan peluang dalam memanfaatkan teknologi di dunia pendidikan agar bisa matching dengan kebutuhan dunia bisnis dan industri masa depan.
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2020, jumlah generasi Z mencapai 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27,94% total populasi. Sedangkan generasi milenial mencapai 69,38 juta jiwa atau 25,87 % dari total populasi.
Teknologi digital tidak hanya mengubah lanskap dunia pendidikan dan pola pekerjaan saja, tetapi juga ekonomi secara global.
Pasalnya, ekonomi digital akan mengubah secara fundamental berbagai bentuk aktivitas ekonomi yang ditandai transisi pola kegiatan ekonomi konvensional ke pola yang memanfaatkan teknologi. Sehingga secara langsung juga akan berpengaruh pada kesiapan sumber daya manusia yang mampu beradaptasi dalam kegiatan ekonomi masa depan.
Transformasi digital ini perlu dimanfaatkan negara-negara berkembang dalam mempercepat pembangunan ekonomi untuk menciptakan ekonomi inklusif karena ekonomi digital berpotensi menjadi medium akselerasi pembangunan ekonomi bagi negara berkembang.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Penulis | : | Presi |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR