Soekarno menganggap dana tersebut tidak cukup karena dia ingin Masjid Istiqlal dibangun dengan megah dan kokoh.
Para ulama pun mencoba meyakinkan Soekarno bahwa dana tersebut cukup. Terlebih, banyak umat Islam yang juga bersedia membantu dengan menyumbangkan kayu, bahan bangunan, kapur, dan genteng.
Begitu mendengar kata kayu dan genteng, Soekarno semakin yakin untuk menunda proses pembangunan masjid agung.
Soekarno kemudian meminta agar para ulama dan tokoh Islam bersabar lebih dahulu. Soekarno kemudian menjelaskan supaya Masjid Istiqlal dibangun dengan tujuan bisa bertahan dalam waktu lama sehingga dibutuhkan bahan material yang jauh lebih bagus.
Oleh sebab itu, Soekarno mengatakan bahwa Masjid Jami' (sekarang Masjid Istiqlal) harus dibangun dari kerangka besi, beton, pintu dari perunggu, dan lantai dari batu pualam supaya dapat bertahan selama 1.000 tahun.
Penentuan lokasi
Penentuan lokasi pendirian Masjid Istiqlal sempat menuai pro dan kontra antara Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta.
Presiden Soekarno ingin Masjid Istiqlal dibangun di atas tanah bekas benteng Belanda Frederick.
Benteng itu dibangun oleh Gubernur Jenderal Van den Bosch pada 1834, yang berada di Jalan Perwira, Jalan Lapangan Banteng, Jalan Katedral, dan Jalan Veteran. Sementara itu, Mohammad Hatta menyarankan agar Masjid Istiqlal dibangun di tengah-tengah umatnya, yaitu di Jalan Thamrin yang kala itu dikelilingi oleh kampung-kampung.
Selain itu, Mohammad Hatta juga menganggap pembongkaran benteng Belanda tersebut akan memakan biaya besar. Pada akhirnya, Presiden Soekarno memutuskan membangun Masjid Istiqlal di lahan bekas benteng Belanda.
Sebab, tepat di seberang lokasi itu sudah berdiri Gereja Katedral sehingga dapat menggambarkan kerukunan dan keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia.
Pencanangan pertama
Arsitektur Masjid Istiqlal dirancang oleh Friedrich Silaban. Pencanangan tiang pertama Masjid Istiqlal dilakukan oleh Presiden Soekarno pada 24 Agustus 1961, bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW yang disaksikan oleh ribuan umat Islam.
Penulis | : | Widyastuti |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR