NOVA.id – PT Permodalan Nasional Madani (PNM) terus melakukan pemberdayaan dan pendampingan pada nasabahnya melalui program Pengembangan Kapasitas Usaha (PKU).
PKU mencakup tiga tahapan yaitu literasi keuangan, literasi pengembangan usaha, dan literasi digital.
I Gede Rediawan, seorang pengrajin kaca tiup di Gianyar, Bali, sudah memanfaatkan program PKU. Usaha kaca tiup milik Gede telah dibantu oleh PNM selama 15 tahun.
Gede mampu mengekspor produk kaca tiupnya hingga ke negara tetangga seperti Malaysia, bahkan ke negara-negara lain seperti Jepang, Australia, hingga ke Benua Eropa.
Omzet penjualan dari usaha kaca tiup bisa mencapai Rp300 juta per bulannya.
Namun sebelum usahanya bisa sesukses sekarang ini, banyak rintangan yang dilewati Gede. Pertemuannya dengan PNM membuka peluang bagi usaha kaca tiup milik Gede.
PNM memberikan modal awal sebanyak Rp50 juta. Modal tersebut digunakannya untuk membangun gubukan kecil sebagai pabrik.
“Ide kaca tiup awalnya dari orang Jepang. Tapi mereka tidak punya variasi kayunya. Kalau kami kan basic memang di kayu. Kaca tiup yang mereka punya itu ada hak ciptanya. Jadi saya minta izin untuk menambahkan variasi kayu. Mereka izinkan,” ucap I Gede saat ditemui NOVA di pabrik kaca tiup miliknya.
Sebagai informasi, kerajinan kaca tiup ini dibuat dari limbah peacahan kaca dan kayu bakar bekas yang Gede peroleh dari berbagai tempat. Limbah kaca tersebut dibeli dengan harga Rp1.000 per kilogram.
Baca Juga: Kisah Sukses Pelaku UMKM Furniture Kayu, Kini Berdayakan Warga Sekitar Sebagai Karyawan
View this post on Instagram
Limbah kaca tersebut dipilih dan dibersihkan sesuai warnanya. Kemudian, kaca-kaca tersebut dileburkan di suhu 1.600 derajat celcius. Proses selanjutnya, para pengrajin meniup kaca-kaca yang sudah dilebur dengan dimasukkan ke dalam alat bernama mal, sambil ditiup dan diputar-putar.
Lalu setelah terbentuk, dimasukkan kembali ke dalam oven pendingin sampai semalaman. Kaca bisa dikeularkan setelah keesokan harinya untuk dilakukan finishing.
Kerajinan kaca tiup tersebut bisa dibentuk menjadi berbagai variasi. Seperti asbak, gelas wine, vas bunga, aquarium, dan lain-lain. jika Sahabat NOVA tertarik membelinya, kerajinan kaca tiup dibandrol dengan harga mulai Rp50 ribu hingga Rp25 juta.
Kendati demikian, Gede mengungkapkan kesulitan yang tengah mereka hadapi saat ini. Para pengrajin tengah kebingungan mencari alternatif pengganti gas LPG akibat harga gas yang tidak pasti.
Pasalnya, untuk menyalakan satu tungku saja, para pengrajin bisa menghabiskan sekitar 3-4 tabung gas per harinya.
“Kita enggak ada (alternatif pengganti gas). Kalau saya lihat di YouTube bisa pakai pellet kayu sama pakai listrik. Kita mau cari rekan teknisi, tolong berikan kalau ada teknisi, biar kami tidak berhenti,” kata pemilik St. Factory Blowing Gass ini.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Annisa Octaviana |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR