Selepas prosesi siraman, Erina pun diseka dan dibalut dengan kain batik yang berbeda motif.
Motif batik tersebut ternyata mempunyai makna yang mendalam.
Setelah selesai dibasuh dengan air siraman, Erina Gudono diseka menggunakan kain batik bermotif grompol.
Dituturkan oleh Wigung Wratsangka, selaku pranatacara prosesi siraman Erina Gudono, motif grompol bermakna tanggung jawab.
"Dengan singep kain batik bermotif grompol di pundak Erina diyakini memiliki tanggung jawab untuk mengumpulkan segala cinta dari dua keluarga. Grompol yang artinya menyatu. Grompol, rukun," ujar Wigung Wratsangka.
Sedangkan kain batik yang digunakan untuk menutupi tubuh Erina setelah prosesi siraman bermotif nogosari.
"Sedangkan kain batik yang dikenakan saat menjalani upacara siraman ini bermotif nogosari."
"Kain batik Yogyakarta motif nogosari yang dikenakan untuk nyamping Mbak Erina memiliki makna mengingat pada kisah Ramayana ketika Dewi Sinta selalu berdoa di bawah pohon yang bernama nogosari untuk dapat dipertemukan dengan Sri Ramawijaya pada saat di Taman Argosoko."
"Prihatin dan doa itu dikabulkan oleh Tuhan. Dipertemukanlah Dewi Sinta dengan kekasih pujaan hatinya Sri Ramawijaya dan menjadi contoh sebuah cinta yang abadi," ujar Wigung.
(*)
KOMENTAR