NOVA.id - Masih banyak pasangan yang mendokumentasikan atau merekam kegiatan hubungan intimnya.
Biasanya, hal ini dilakukan untuk meningkatkan birahi keduanya.
Tak hanya itu, ada pula yang mengatakan jika merekam atau mendokumentasikan hubungan intim dengan pasangan untuk membahas gaya bercinta keduanya.
Lalu, sebenarnya bolehkah untuk merekam hubungan intim dengan pasangan? Ada kah manfaatnya? Bagaimana risikonya?
Psikolog Anindita Citra Setiarini, M. Psi menuturkan pada NOVA di Edisi 1552 lalu, mengatakan kebiasaan mendokumentasikan ketika berhubungan intim tidak bisa dibilang suatu kelainan.
“Memberikan label atau judgement tertentu, seperti kelainan psikis atau kelainan seksual kepada pasangan yang mendokumentasikan hal intim belum tentu tepat, ya," kata Citra.
Walau tak bisa dibilang suatu kelainan, ketika pasangan atau salah satu pihak sudah mulai terobsesi untuk merekam kegiatan seksual seperti hubungan intim tentu bisa menyebabkan masalah interpersonal dan perlu diterapi.
"Namun apabila pasangan atau salah satu pihak tersebut terobsesi untuk selalu mendokumentasikannya, hal tersebut bisa menyebabkan distress atau masalah interpersonal pada dirinya. Besar kemungkinan dia mengalami gangguan psikologis dan perlu diterapi,” ujar Citra.
Mendokumentasikan hal intim untuk kepuasan pribadi tidaklah sepenuhnya salah, asalkan privasi tetap terjaga.
Baca Juga: Bukan Hanya Kamar Tidur, Ini 7 Lokasi di Rumah yang Cocok untuk Berhubungan Intim agar Makin Hot
Selama privasi terjaga dan bukan untuk disebarluaskan, apalagi dikomersilkan, itu bukanlah suatu kelainan tapi kesenangan semata.
Akan tetapi jika untuk disebarkan ke orang lain, maka hal tersebut sudah merupakan kelainan atau eksibionis.
KOMENTAR