"Kita ortunya juga jadi ikutan stress nih masa harus nyeret2 Arr tiap dia sekolah? Gak mau juga bikin Arr trauma sekolah (mana masih PAUD/preschool kan yan)," keluhnya.
Sayangnya, niat Tasya dan sang suami untuk meminta saran dan bantuan dari guru di sekolah Arr tidak ditanggapi dengan sesuai.
Menurut Tasya, sang guru malah menyarankan Arr untuk disenroll atau keluar dari sekolah.
Tak bisa dimungkiri, Tasya Kamila rasanya kecewa dengan hal itu.
"Emang dari dulu Arr selalu nangis di sekolah, tapi menurutku peran guru penting bgt sih utk bantu si anak beradaptasi di sekolah. Soalnya pas di sekolahnya Jakarta, walau Arr nangis tapi gurunya kayak bisa mengayomi Arr sampe akhirnya dia nyaman," kata Tasya.
"Selain itu kita sama2 cari solusi biar Arr lebih mudah utk beradaptasi, misal dg main sekolah2an di rumah, boleh bawa kipas ke sekolah, dsb," sambungnya.
Ya, meski kecewa, namun Tasya rasanya cukup legowo untuk memilih anak pertamanya tak lanjut sekolah di Amerika.
Bukan apa-apa, ia mendengar dari kawannya bahwa butuh 1-2 bulan untuk anak bisa menyesuaikan diri dengan sekolah yang baru dan bahasa baru.
Nah, berhubung sebentar lagi ia akan pulang ke Indonesia, maka akhirnya Tasya Kamila memutuskan untuk Arrasya Bachtiar tak lanjut sekolah di sana.
"Berhubung awal Juni aku udah bailk lagi ke Jakarta, aku liat sangat buang2 energi dan stress bgt utk lanjutin Arr sekolah.. Its obviously hard for Arrasya but it's also tough for us (parents) to see him like that," jelas Tasya.
"Apalagi minggu ini Arr batuk, jadi sisa sekolahnya tinggal 2 minggu lagi. Itu juga mungkin kepotong mggu depan kita mau ke New York utk graduation @randibachtiar. Makanya akhirnya aku dan Randi memutuskan untuk yauda deh udahin aja sekolahnya," tambahnya.
Itulah alasan mengapa Tasya Kamila menyerah dan piliha anak pertamanya tak lanjut sekolah di Amerika.
"Nanti insyaAllah pas balik ke Jakarta bisa ceria dan semangat kembali yaa," pungkas Tasya. (*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR