NOVA.id - Nasib anak secara lahir dan batin setelah kedua orang tuanya bercerai tidak boleh diabaikan.
Apalagi, jika anak belum cukup dewasa, belum mampu mencari nafkah sendiri, dan masih memerlukan bimbingan orangtua.
Perceraian memang dapat dialami pasangan mana pun, tetapi jangan sampai sang buah hati menjadi korban keretakan rumah tangga.
Orangtua yang bercerai sebaiknya memikirkan dan memutuskan pola pengasuhan yang terbaik anaknya.
Tujuannya, supaya sang buah hati tidak kehilangan figur dan kasih sayang orangtua selama masa tumbuh kembang.
Seperti yang dilakukan Desta dan Natasha Rizky yang sedang mengurus proses perceraian.
Meski sepakat untuk berpisah, Desta mengatakan hubungannya dengan Natasha Rizky baik-baik saja.
Desta menegaskan dirinya dan Caca akan tetap menjalin kebersamaan dalam mendampingi ketiga buah hati mereka.
"Gimana ya, gue juga baru sekali kayak gini jadi kalau ditanya gimana ya belum tahu, tapi gue akan berusaha sebaik mungkin itu aja," tandasnya.
Tak hanya itu, Presenter acara Tonight Show ini bahkan sudah berencana untuk mengajak Natasha Rizky dan ketiga anaknya untuk berlibur bersama.
"Ya kita hubungannya masih baik-baik aja, masih sering ke rumah juga. Ya anak-anak mah sama-sama masih, kita juga akan liburan bareng-bareng," kata Desta saat ditemui usai sidang, Senin (29/05).
Baca Juga: Belajar dari Inge Anugrah, Berikut Tips Mengatur Keuangan Bagi Perempuan yang Baru Cerai
Salah satu cara yang dapat dilakukan orangtua yang sudah bercerai adalah menyusun co-parenting.
Ayoe Sutomo, M.Psi, Psikolog, mengatakan, co-parenting adalah sebuah upaya pengasuhan yang dilakukan bersama oleh pasangan suami dan istri yang tidak lagi terikat dalam relasi pernikahan alias sudah bercerai.
Dalam co-parenting ini, pasangan yang sudah berpisah sepakat dan sadar bahwa mengasuh, mendidik, dan membesarkan anak adalah tanggung jawab bersama.
Sehingga meskipun sudah berpisah tetap dapat memberikan kebutuhan anak, bukan hanya secara finansial dan fisik, namun juga pemenuhan emosi.
“Idealnya pembagian tugas sebaiknya tidak kaku alias fleksibel, dengan memerhatikan aspek keunggulan yang dimiliki masing-masing mantan pasangan dan memungkinkan atau paling potensial untuk dilakukan oleh mantan pasangan tersebut,” kata Ayoe.
Misalnya saja, untuk mengajarkan hal yang berkaitan dengan emosi, anak akan belajar dari ibu, sedangkan kebutuhan yang sifatnya memerlukan kekuatan fisik bisa dengan ayah.
Jadi, walau kita sudah berpisah dengan pasangan, kebutuhan anak sebisa mungkin tetap terpenuhi, baik dari ibu maupun dari ayah.
Perhatikan 3 Hal Ini saat Menerapkan Co-Parenting
Meskipun pola asuh ini sangat ideal diterapkan pada anak, namun sebelum itu masing-masing orangtua harus memastikan jika hubungan dengan mantan pasangan sudah baik.
Sehingga komunikasi yang dibangun untuk anak pun ke depannya bisa lancar.
“Kalau misalnya perceraiannya adalah perceraian yang tidak sehat, masih banyak self issue di antara mantan pasangan, itu sering kali akan mempersulit proses ini,” ujar Ayoe.
Baca Juga: Belum Selesai Masa Iddah, Inara Rusli Isyaratkan Tengah Didekati Seseorang
Jika ternyata kita dan mantan pasangan belum bisa berkomunikasi dengan baik, dan masih ada luka di masa lalu, tidak perlu memaksakan untuk menerapkan pola asuh ini kepada anak, karena akan semakin melukai anak.
Kita bisa menerapkan pararel parenting, di mana pasangan yang sudah bercerai akan lebih minim untuk saling berhubungan, bahkan saat berkomunikasi bisa menggunakan pihak ketiga sebagai perantara.
Berikut ini 3 hal yang mesti diperhatikan saat akan menerapkan co-parenting.
1. Komunikasi
Dalam co-parenting ini, orang tua berbagi peran dan berkomunikasi langsung satu sama lain untuk mengasuh anak.
“Sehingga jika memutuskan untuk co-parenting, pastikan bahwa Anda dan mantan pasangan memiliki pola komunikasi yang baik,” ujar Ayoe.
2. Konsistensi pola pengasuhan
Karena sudah memastikan untuk mengasuh anak bersama, jangan tiba-tiba karena ada masalah di masa lalu yang belum beres, rencana yang sudah dibuat jadi terganggu.
Jadi pastikan kedua orangtua dapat berkomitmen dengan kesepakatan yang dibuat, misalnya soal pembagian waktu bersama anak.
Dengan begitu, anak akan merasakan pola asuh yang sifatnya konsisten, akhirnya anak bisa merasa lebih secure meskipun tidak lagi hidup bersama kedua orangtuanya.
3. Keterampilan menghadapi konflik
Baca Juga: Cerai dari Desta, Natasha Rizky Enggan Kembali ke Dunia Hiburan
Ini dalah salah satu hal yang krusial dalam menerapkan co-parenting ini. Bukan berarti hubungan yang baik dengan mantan tidak akan ada konflik ke depannya, ya.
Terlebih ketika memang sudah enggak samasama, akan selalu ada saja gesekan-gesekan yang mungkin saja berpotensi jadi konflik yang besar.
Sehingga kedewasaan kita dan mantan pasangan, serta kemauan belajar agar mampu menyelesaikan konflik dengan cara yang baik, menjadi satu hal yang penting untuk diperhatikan. (*)
KOMENTAR