“Kalau dari sanggar, kami berlatih 1 minggu sekali, selama 3 jam. Setelah itu, aku berlatih juga di rumah, supaya bisa mengingat gerakan dengan baik, jadi saat tampil bisa sesuai harapan,” ujar remaja putri berusia 13 tahun ini.
Meski telah mengikuti berbagai pementasan, Kalya mengaku masih juga merasakan gugup.
Lalu bagaimana mengatasinya?
“Dijalani saja prosesnya dan berusaha untuk tenang. Biasanya seiring waktu, rasa gugup juga menghilang,” kata Kalya tersenyum.
Kalya bersyukur dilibatkan dalam acara ini.
“Bisa menari bersama maestro adalah suatu kebanggaan bagiku,” pungkasnya.
Pengalaman yang tak jauh berbeda diutarakan oleh Muhamad Yusuf. Yusuf yang telah bergabung dengan Sanggar Gema Citra Nusantara sejak tahun 2012 yang juga menguasai beberapa tarian.
Anak-anak muda Indonesia yang memutuskan mendalami tari tradisional merupakan suatu pilihan yang wajib diapresiasi.
Di tengah geliat perkembangan zaman, Kalya dan Yusuf menjadi contoh remaja Indonesia yang terus menggaungkan kecintaan pada seni dan budaya Indonesia.
Yuk, dukung terus anak muda untuk majukan budaya Indonesia. (*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR