Rumor tersebut kian memanas akibat gagasan tersebut dicantumkan oleh Sydney Singer dan Soma Grismeijer dalam buku mereka, Dressed to Kill.
Meski sempat mereda, pemikiran itu kembali ditumbuhkan oleh seorang praktisi medis alternatif yang menulis di Goop, sebuah situs milik aktris Gwyneth Paltrow, pada tahun 2015.
Di sisi lain, orang-orang yang mencetuskan mitos tersebut di kalangan perempuan justru bukan dokter, peneliti kanker, atau ahli di bidang terkait.
Bahkan, karya-karya mereka enggak pernah diulas oleh pakar medis dan enggak pernah dipublikasikan di jurnal kesehatan terpercaya, sehingga kebenarannya sangat diragukan.
'Penelitian' Hubungan Bra dan Kanker Payudara
Dalam tulisan mereka, Singer dan Grismeijer mewawancarai lebih dari 4.000 perempuan AS.
Mereka pun 'menemukan', perempuan yang tidak memakai bra memiliki kemungkinan 1:68 untuk mengidap kanker payudara.
Sementara itu, mereka yang memakai bra selama 24 jam berpeluang 3:4 untuk menderitanya.
Singer dan Grismeijer berargumen bahwa bra berkawat dapat menyebabkan payudara membengkak dan terisi 'toksin' akibat kawat bra yang menghalangi sirkulasi cairan limfa.
Pernyataan itu bikin sejumlah peneliti membantah dan menjelaskan bahwa caira limfa enggak akan terjebak karena kawat bra.
Malah, dengan ukuran yang tepat, bra dapat mencegah payudara menjadi melar.
Baca Juga: Cara Mengatasi Payudara Bengkak Saat Menyusui, Ketahui Penyebab dan Solusinya!
Penulis | : | Nadia Fairuz Ikbar |
Editor | : | Rahma |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR