NOVA.id - Berbicara minat dan bakat anak memang menjadi tantangan tersendiri bagi orangtua.
Kita tentu sepakat bahwa tak ada orangtua yang ingin anaknya gagal atau bahkan tidak bahagia.
Namun, faktanya sering kali tanpa disadari dalam proses menyalurkan bakat dan minat anak, orangtualah yang justru membuat anak tidak bahagia, hingga akhirnya gagal alias tak memberikan hasil sesuai harapan.
Padahal, menurut Lidia Wati., M.Psi., Psikolog, psikolog pendidikan dari PION Clinician, pada dasarnya kegiatan les atau ekstrakurikuler ini adalah kegiatan tambahan di luar tugas utamanya, yaitu belajar di sekolah.
“Namanya saja ekstra, jadi harus menyenangkan. Ngapain, sih, kita nambah-nambahin ekstra yang memberatkan,” ujarnya.
Na, dalam prosesnya ini enggak jarang Sahabar NOVA anak tiba-tiba mogok tidak mau les.
Ya, namanya juga anak-anak, ada waktunya dia mogok tak mau les. Kalau sudah begitu, jangan buru-buru menyerah dan langsung menyimpulkan les yang diikuti tidak cocok.
Jangan juga langsung menghakimi anak, “Kan, kamu yang kemarin mau les berenang.” Cari tahu alasan ia mogok dan tanyakan baik-baik, “Kakak kenapa enggak mau les berenang lagi?”
Sebagian anak mereka bisa menjelaskan. Misal, “Aku suka airnya, tapi aku enggak suka berenangnya diatur-atur.” Jika kasusnya demikian, kita bisa mengomunikasikannya dengan guru atau lembaganya terkait, agar metodenya disesuaikan.
Kalau setelah metode, waktu, bahkan pengajar lesnya disesuaikan tapi anak masih mogok juga, kita bisa mulai menyimpulkan sepertinya les yang diikuti memang tidak cocok.
Kapan Bisa Menambah Les?
Baca Juga: Cara Mengatasi Anak Tantrum saat Bermain, Orangtua Harus Tahu Kapan si Kecil Lelah
Tak jarang ada anak yang mengikuti lebih dari satu jenis kegiatan ekstrakurikuler di luar sekolah. Tak ada salahnya, memang. Tapi, sebenarnya kapan, sih, waktu yang tepat untuk menambah les?
Saat anak mampu mengatur jadwalnya dengan seimbang, artinya dia dapat menjalankan berbagai aktivitasnya yang banyak dalam satu waktu dengan baik. Tidak menggangu sekolah, makan, tidur, hingga waktu bermainnya.
“Prinsipnya selalu tambahkan sesuatu di piringnya anak satu per satu, jangan langsung banyak,” jelas Lidia.
Misal, di tiga bulan pertama biarkan anak mengikuti balet saja, setelah itu kita baru bisa menilai apakah anak masih mampu mengatur waktunya dan secara fisik tidak kelelahan. Setelah itu, baru putuskan untuk menambah atau bahkan menghentikan lesnya. (*)
KOMENTAR