NOVA.ID - Kasus anak anggota DPR aniaya pacar hingga meninggal di Surabaya meninggalkan luka.
Khususnya bagi keluarga korban.
Diketahui pelaku bernama Gregorius Ronald Tannur (31), laki-laki warga Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur tega menganiaya sang kekasih, perempuan berinisial DSA (29) asal Sukabumi, Jawa Barat.
Keduanya menjalin hubungan baru sekitar 5 bulan, dan korban belakangan dikabarkan memang sudah 12 tahun tak pulang ke kampung halamannya di Sukabumi.
Kejadian ini pun sontak menghebohkan masyarakat Indonesia.
Pasalnya, begitu keji dan tragis penganiayaan yang dilakukan oleh pelaku pada korban.
Korban mendapatkan kekerasan mulai dati dipukul hingga dilindah setengah tubuhnya.
Hingga kini pelaku ditetapkan sebagai tersangka kasus penganiayaan terhadap kekasihnya itu.
Berkaca dari kasus anak anggota DPR aniaya pacar hingga meninggal ini kita seakan kembali diingatkan tentang bahaya toxic relationship.
Toxic relationship atau hubungan beracun sering ditandai dengan adanya salah satu atau kedua belah pihak yang saling menghancurkan.
Bagi beberapa pasangan, toxic relationship bisa terjadi dalam waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Namun, ada pula yang merasakan toxic relationship di awal-awal hubungannya.
Saat berada dalam suatu hubungan, kita mungkin sulit menyadari apakah kita terjebak dalam toxic relationship atau tidak.
Meski begitu, kita bisa mengidentifikasinya dengan memperhatikan 7 tanda toxic relationship berikut ini.
1. Segalanya tentang mereka
Orang yang toxic cenderung untuk membuat segalanya tentang diri mereka sendiri.
Mereka juga suka mengendalikan setiap keputusan, tidak peduli seberapa kecil atau besar keputusan itu.
Mereka mungkin berpura-pura peduli dengan perasaan dan pendapat kita, tetapi pada akhirnya mereka akan selalu mengutamakan diri mereka sendiri.
2. Mereka cemburu dan suka mengontrol
Apakah pasangan Sahabat NOVA sering memeriksa ponsel Sahabat NOVA atau merasa curiga saat Sahabat NOVA keluar dengan orang lain?
Perilaku ini sering kali merupakan akibat dari ketidakamanan mereka sendiri terhadap fondasi hubungan, yakni kepercayaan.
3. Kita merasa lelah setelah menghabiskan waktu bersama mereka
Baca Juga: Andien Blak-blakan Pernah Alami Toxic Relationship: Aku Dipukul, Dibeset Pakai Pisau
Menghabiskan waktu dengan orang yang spesial pasti membuat kita berenergi.
Namun, jika kita berhubungan dan menghabiskan waktu dengan orang yang toxic, kita akan merasa lelah secara emosional.
Pasalnya, kita akan merasa seperti terus-menerus memberi dan berusaha, tanpa mendapatkan imbalan apa pun darinya.
4. Mereka tidak menghormati batasan
Setiap kita berkata 'tidak', kita seringkali merasakan akan ada pertengkaran.
Orang yang toxic akan terus-menerus mendorong dan melewati batas, membuat kita merasa ragu dan frustrasi.
Bahkan hingga melakukan kekerasan.
Karena perilaku ini, kita mungkin mendapati diri kita mempertanyakan kekuatan, nilai, dan harga diri kita.
5. Mereka mengisolasi kita dari teman dan keluarga
Pada tahap awal suatu hubungan, kita mungkin merasa manis atau menawan ketika seseorang ingin menghabiskan begitu banyak waktu dengan kita.
Seiring waktu, hal ini dapat dengan cepat meningkat menjadi posesif, menyebabkan kita menghabiskan lebih sedikit waktu dengan teman dan keluarga, dan akhirnya merasa terisolasi dan kesepian.
Baca Juga: Pilu! Korban Penganiayaan Anak Anggota DPR Ternyata Tinggalkan Satu Anak
6. Mereka manipulatif, mengharapkan kita untuk selalu melakukan apa yang mereka inginkan
Perilaku manipulatif sering kali sulit ditentukan, karena sering kali dilakukan dengan cara halus yang membuat kita merasa bersalah.
Orang yang toxic akan mengabaikan pendapat dan perasaan kita untuk akhirnya membuat kita melakukan apa yang mereka inginkan.
7. Kita merasa terjebak dalam hubungan
Keluar memang lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.
Keluar dari hubungan yang toxic seringkali dapat menyebabkan lebih banyak kesedihan dan sakit hati daripada tetap berada di dalamnya.
Meski begitu, cobalah untuk mengingat bahwa selalu ada jalan keluar, bahkan dalam hubungan yang paling toxic sekalipun. (*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR