NOVA.id - Tsania Marwa kembali mengungkapkan rasa kecewanya terhadap Atalarik Syah.
Pasalnya, dirinya kembali dilarang bertemu dengan anak-anaknya oleh Atalarik Syah.
Atalarik Syah melarang karena geram Tsania Marwa tak membawakan paspor anak-anak mereka.
Tsania mengaku enggan membawa paspor anak-anak karena takut buah hatinya dilarikan Atalarik ke luar negeri.
Menurut kuasa hukum Tsania, ini menjadi babak baru dari masalah keduanya yang muncul sejak perceraian di 2017 silam.
Tsania tegas menolak permintaan Atalarik membawa paspor.
Atalarik mengaku akan mengajak anak-anaknya beribadah umroh di Tanah Suci.
Namun, Tsania takut jika itu hanyalah alasan semata.
"Untuk pasport ini diantisipasi sama klien saya, takutnya ini anak dibawa ke luar negeri nggak balik," terang Herdian Saksono dikutip dari YouTube Cumi-cumi, Kamis, (02/11).
Tsania Marwa kukuh tidak ingin memberikannya.
"Itu sebenarnya yang menjadi pertimbangan utama," sambung Herdian.
Baca Juga: Alot, Tsania Marwa Dilarang Bertemu Anak, Pengacara: Atalarik Ngelunjak, Brainwash Mamanya Penjahat
Selama ini, Tsania sendiri masih kesulitan bertemu sang anak.
"Walaupun klien saya sudah berhak dari 7 tahun yang lalu untuk mengasuh anak-anak ini dari putusan Mahkamah Agung," ujarnya.
"Sampai detik ini mau ketemu aja masih diatur, harus ketemu di sekolahan, bisa dibayangkan dia cuma ketemu di sekolahan, waktunya terbatas, nggak bisa kangen-kangenan.
Dan ada juga orang berkomentar seenak jidatnya 'kalau kangen-kangenan bisa 10 sampai 15 menit aja' jangan komentar yang nggak punya hati begitu," sambungnya.
Bahkan, saat bertemu dengan anak-anaknya Tsania dibatasi oleh Atalarik.
"Ketika dia ingin bertemu di timer.
Terus terang keji ya," bebernya.
"Makannya saya selalu kasih support ke Tsania Marwa saya bilang ' Wa, lu dzikir, lu berdoa, kan Allah itu maha membolak-balikan hati'."
"Siapa tahu nanti dapet hidayah gitu lawannya, dikasih tahu yang bener," sambungnya.
Herdian juga mengungkap psikis anak Tsania yang dikhawatirkan bermasalah nantinya.
"Karena anak-anak masa kecilnya sebentar, harusnya diasuh bareng-bareng supaya bisa menjadi tumbuh kembang, jadi manusia matang dan dewasa, sesuai dengan orang tuanya" ungkapnya.
"Kalau kayak gini broken home, salah satu pihak saja yang mengasuh, takutnya ada kekosongan di psikis pada anak-anak itu," pungkasnya. (*)
Penulis | : | Tiur Kartikawati Renata Sari |
Editor | : | Tiur Kartikawati Renata Sari |
KOMENTAR