NOVA.ID - Baru-baru ini viral di media sosial seorang bayi mungil yang terlahir prematur meninggal dunia karena penanganan klinik.
Menurut pihak keluarga, klinik tempat sang bayi dilahirkan sempat melakukan sesi foto newborn tanpa izin.
Selain itu bayi dengan berat 1,5 kilogram tersebut juga diketahui dimandikan oleh pihak klinik.
Bayi prematur berisiko mengalami hipotermia sehingga memerlukan perawatan khusus, termasuk saat memandikan si buah hati.
Saat memandikan bayi prematur, penting untuk menjaga suhu air, ruangan, dan tetap memakaikan selimut atau bedong agar tidak kedinginan.
Hipotermia atau penurunan suhu tubuh dapat terjadi pada bayi yang lahir secara prematur.
Menurut Yankes Kemkes, suhu normal bayi normal berkisar antara 36,3-36,9 derajat celsius. Jika bayi prematur memiliki suhu di bawah 36,3 derajat celsius, maka ia berisiko mengalami hipotermia.
Dilansir dari RSUP Dr Sadjito, hipotermia pada bayi prematur bisa berakibat fatal bahkan sampai kematian apabila tidak ditangani dengan efektif.
Penggunaan inkubator dan penghangat adalah metode yang biasa dilakukan di ruang rawat bayi di rumah sakit untuk terapi bayi prematur.
Setelah diperbolehkan pulang ke rumah, bayi prematur juga memerlukan perawatan yang berbeda dari biasanya agar suhu tubuhnya tetap stabil.
Salah satu hal penting yang perlu diketahui orangtua yang cara memandikan bayi prematur agar si kecil tidak kedinginan dan mengalami hipotermia.
Bagaimana cara memandikan bayi prematur?
Dilansir dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), bayi prematur yang kondisinya stabil, berat badannya sudah naik, dan diizinkan pulang ke rumah boleh dimandikan tiap 2-4 hari sekali.
Sahabat NOVA juga bisa memandikan bayi lebih sering jika ia kerap gumoh, muntah, atau terkena kototannya.
Akan tetapi, kulit bayi prematur mudah kering, jadi mandikan dengan perlahan dan lembut.
Berikut cara memandikan bayi prematur yang perlu orangtua ketahui:
1. Menyiapkan bak mandi dan perlengkapannya di dalam kamar anak, ajak ayah atau anggota keluarga lain untuk membantu.
2. Jaga suhu ruangan tidak terlalu dingin maupun hangat yaitu sekitar 24-27 derajat celsius.
3. Tutup jendela dan hindari keramaian agar bayi prematur tidak terdistraksi saat mandi.
4. Siapkan air hangat, periksa dengan siku ibu sebaiknya air tidak terasa panas ataupun dingin. Temperatur air sebaiknya berkisar antara 37,2-37,7 derajat celsius.
5. Buka baju bayi secara perlahan dengan memantau keadaan bayi, bila bayi merasa tidak nyaman mereka akan menguap, mengangkat tangan disertai membuka jari-jarinya, dan menangis.
6. Setelah semua baju terlepas hangatkan bayi dengan selimut atau bedong longgar.
7. Celupkan bayi secara perlahan ke dalam bak mandi dengan memegang kepala, bahu, dan kedua kaki bersama selimut atau bedongnya.
8. Jaga kepala berada di atas air dengan memegang dasar kepala dan bahu sedangkan badan serta kaki terendam di air.
9. Buka dan angkat selimut atau bedong dari dalam air. Bersihkan wajah tanpa sabun, bersihkan masing-masing mata dengan kapas yang berbeda dan telah dicelup di air bersih dengan gerakan arah dalam ke luar.
10. Sabuni bayi dari bagian atas tubuh ke arah bawah, perhatikan daerah lipatan seperti leher, siku, lutut, dan bagian tubuh lainnya.
11. Bilas dengan air bersih, angkat bayi dalam perlekatan kulit dan segera keringkan menggunakan handuk yang telah dihangatkan, kembali perhatikan daerah lipatan tubuh.
12. Jangan lupa mengeringkan telinga dengan menggunakan handuk yang sama atau handuk kering lainnya.
13. Bila bayi teraba dingin dapat dihangatkan dengan meletakannya di dada ibu dan dilakukan perlekatan antara kulit ibu dan bayi dengan metode kanguru. Setelah itu selimuti bayi dan kenakan topi.
14. Bayi dipakaikan baju kembali dan sebaiknya tidak menggunakan lotion, minyak, ataupun bedak.
Penjelasan di atas adalah cara memandikan bayi prematur yang wajib orangtua ketahui agar suhu tubuh anak tetap terjaga.
Sahabat NOVA juga dianjurkan mengajajak bicara bayi dengan suara lemah lembut saat melepas pakaian, menyelupkan badan ke bak, dan tahapan mandi lainnya agar si kecil merasa nyaman dan membangun bonding antara orangtua dengan anak. (*)
KOMENTAR