"Nah dalam perjalanan itu kita kebetulan lagi ngebangun Villa, jadi uang banyak keluar ke sana. Ternyata kok lanjut panjang sekali, nah itu mulai ngerem pengeluaran saya.
Titik puncaknya, saat saya sama April sudah bingung mau ngapain.
Posisi uang tinggal sedikit sehingga mobil kita jual, kemudian kita investkan sisa uang itu ke rokok," ujarnya.
Ustaz Solmed lantas berpikir untuk berbisnis rokok.
"Nah, sejarahnya ada nih kenapa kok saya memilih rokok.
"Suatu waktu, saya kedatangan tetangga minta beras, yang menarik bukan soal minta berasnya ya, tapi dia bawa rokok yang harganya saat itu Rp35.000 per bungkus di tangannya," ujar sang ustaz.
Dirinya bingung karena rokok lebih laku dibandingkan beras.
"Ada uang mau bisnis apa, sekarang bisnis hotel bubar, bisnis makanan bubar, bisnis Vila bubar.
Nah tahu-tahu nih orang bawa rokok, mikir saya demi rokok mereka ada duitnya eh buat beras enggak punya sampai rela minta,"
"Di situ otak saya mikir, apa bisnis rokok ya," lanjutnya.
Setelahnya, Ustaz Solmed mengaku mencicipi berbagai rasa rokok.
Rilis Inclusivision Project, Honda Beri Wadah Teman Color Blind Ekspresikan Diri
Penulis | : | Tiur Kartikawati Renata Sari |
Editor | : | Tiur Kartikawati Renata Sari |
KOMENTAR