NOVA.id - Wabah pneumonia misterius yang merebak di Tiongkok telah membuat negara-negara di dunia meningkatkan kewaspadaannya.
Apalagi, setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan laporan bahwa telah terjadi peningkatan kasus undiagnosed pneumonia yang menyerang anak-anak di Tiongkok Utara beberapa waktu lalu.
Berdasarkan keterangan WHO, otoritas kesehatan Tiongkok melaporkan bahwa peningkatan kasus terjadi di antaranya akibat Mycoplasma pneumoniae.
Sebuah infeksi bakteri umum pada pernapasan yang banyak menyerang anak-anak, sejak Mei 2023.
Tak hanya di Tiongkok, wabah pneumonia anak juga mulai terdeteksi di Eropa, khususnya Denmark dan Belanda.
Menyikapi penyebaran wabah pneumonia di dunia, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit telah mengeluarkan Surat Edaran No. PM.03.01/C/4732/2023 mengenai Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma pneumonia di Indonesia.
Surat edaran ini memerintahkan seluruh instansi terkait untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap Mycoplasma pneumoniae di Indonesia.
Pneumonia merupakan peradangan pada paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus dan jamur.
Bakteri penyebab pneumonia antara lain, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Mycoplasma pneumoniae, Chlamydophila pneumoniae, dan Legionella pneumophila.
Sedangkan, virus penyebab pneumonia antara lain respiratory syncytial virus (RSV), influenza (flu), parainfluenza, dan adenovirus.
Sementara jamur penyebab pneumonia diantaranya Candida Aspergillus dan Pneumocystis jiroveci.
Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc., Sp.PD. mengatakan,
“Pneumonia dapat disebabkan oleh infeksi lebih dari satu kuman/patogen pada saat bersamaan, baik bakteri, virus, maupun jamur.
Infeksi tersebut terjadi di paru-paru dan meluas, menyebabkan penumpukan cairan dan hambatan aliran udara, sehingga menyulitkan proses pernapasan.
Pada kondisi ini, bernapas akan terasa berat dan membuat sesak. Tentu saja kondisi ini tidak boleh dianggap remeh, terutama apabila dialami oleh anak-anak.
Untuk itu, sangat penting bagi orang tua menyadari bahaya dan risiko Pneumonia yang sampai dapat menyebabkan kematian. Penting sekali untuk melakukan upaya pencegahan sedini mungkin.”
UNICEF mencatat satu anak meninggal akibat pneumonia setiap 43 detik di seluruh dunia, menjadikannya penyebab utama kematian bayi dan anak - lebih banyak dari AIDS, malaria, dan campak sekaligus.
Sementara di Indonesia, pneumonia adalah penyebab 14,5% kematian pada bayi dan 5% kematian pada anak usia di bawah lima tahun.
Meskipun mematikan, pneumonia merupakan salah satu penyakit yang bisa dicegah dan diobati.
“Pneumonia yang umumnya disebabkan bakteri Streptococcus pneumoniae dapat dicegah melalui vaksinasi pneumococcal conjugate vaccines atau PCV. Vaksin PCV dapat diberikan pada anak usia di bawah 1 tahun dengan dosis 3 kali, yaitu pada usia 2, 4 dan 6 bulan.
Tidak terbatas pada anak-anak, vaksinasi PCV juga termasuk dalam rekomendasi imunisasi dewasa oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Vaksinasi PCV direkomendasikan untuk semua anak dan orang dewasa untuk melindungi masyarakat Indonesia dari Pneumonia,” tambah dr. Dirga.
Di Indonesia, tersedia vaksin PCV13 yang melindungi dari 13 serotipe pneumokokus, dan dengan perkembangan teknologi terbaru, kini telah tersedia vaksin PCV15 yang memberikan perlindungan tambahan untuk dua serotipe pneumokokus.
Vaksin PCV15 mampu melindungi dari 15 serotipe pneumokokus, dan telah mendapatkan izin edar dari Badan POM untuk digunakan di seluruh wilayah Indonesia.
Selain mencegah pneumonia, pemberian vaksinasi PCV juga dapat mencegah penyakit lainnya, seperti radang selaput otak (meningitis), infeksi darah (bakteremia) dan radang telinga (otitis) yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus.
“Selain vaksinasi, masyarakat juga perlu melakukan langkah pencegahan pneumonia dengan menerapkan perilaku hidup bersih sehat, di antaranya cuci tangan dengan teratur, membersihkan dan mendesinfeksi permukaan yang sering disentuh, menutup mulut dan hidung saat batuk, tidak merokok dan membatasi kontak dengan asap rokok, serta lebih menjaga kesehatan bagi orang yang imunitasnya lemah,” tutup dr. Dirga. (*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR