TabloidNova.com - Idealisme perancang busana selalu menjadi momok diskusi yang tak pernah kunjung terselesaikan. Dalam industri mode, masalah pilihan antara idealisme atau selera pasar bagi desainer ketika merilis koleksi bagaikan dua sisi mata pisau bagi mereka.
Hal ini turut diutarakan oleh Hannie Hananto, perancang busana muslimah kenamaan Indonesia. Hannie berujar jika sebenarnya idealisme dan kebutuhan pasar adalah dua hal yang berbeda. Alasannya, karena dalam idealisme semua ide dan kreatifitas tercurah tanpa ada pertimbangan biaya produksi, pemakaian bahan atau soal laku atau tidaknya busana yang dilempar ke pasaran.
"Prinsip utama ketika memutuskan berprofesi sebagai seorang desainer adalah menjadi diri sendiri, jangan meniru desain orang lain dan wajib punya karakter rancangan. Idealisme jelas wajib dimiliki seorang desainer, namun tentu kembali juga melihat tren pasar sebagai acuan, terlebih untuk mereka yang mengusung konsep ready to wear," paparnya.
Sebagai solusi untuk masalah sejauh mana idealisme bagi seorang perancang busana ketika menelurkan karya, maka Hannie menyarankan untuk desainer tersebut memiliki banyak label atau nama untuk mengamodasi idealisme dan kebutuhan pasar.
Seperti yang sudah banyak diterapkan para desainer, konsep dua atau lebih label sebagai platform menembus tujuan perancang busana, yakni menampilkan idealisme berbalut kreasi dan menjualnya ke masyarakat, adalah cara yang tepat.
"Langkah ini cukup adil sehingga masyarakat pun diberi pilihan untuk menilai dan menghargai karya seorang desainer sesuai kebutuhan dan kemampuannya masing-masing," tutupnya.
Ridho Nugroho
FOTO: dok. Hannie Hananto
KOMENTAR