TabloidNova.com - Setiap perempuan disarankan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut sejak merencanakan kehamilan. Ada tahapan yang harus dilalui sebelum menjalani kehamilan, selama kehamilan, dan sesudah melahirkan.
Baca: Perawatan Gigi Paling Aman Saat Trimester Kedua Kehamilan
Yang sering terjadi, setelah melahirkan biasanya ibu menunda periksa gigi karena sibuk mengurus bayi dan lupa ke dokter gigi. Padahal, setelah anak lahir, ibu pun harus selalu memantau kesehatan gigi anak sejak bayi.
"Sebaiknya tetap melakukan perawatan sesuai yang dibutuhkan. Karena setelah melahirkan, ibu memiliki tanggung jawab terhadap kesehatan gigi anak," ujar drg. Fatimah Tadjoedin, Sp.Perio., staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, saat acara Amazing Pregnancy, Oral Health During Pregnancy & The Problem Early Childhood di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Karies pada anak (Early Childhood Caries) terjadi pada gigi susu sebelum umur 6 tahun. "Anak akan sulit makan, tidur, bicara, bahkan belajar. Tentu, ini akan mengganggu pertumbuhan anak. Apalagi setelah anak sekolah, ia bisa kurang percaya diri karena giginya hitam-hitam."
Orangtua harus menjaga kesehatan gigi dan mulut anak sejak bayi. Setelah disusui, usap gusi dan gigi bayi menggunakan kain kasa. Anak di bawah usia dua tahun tak perlu sikat gigi dengan pasta gigi. "Tapi kalau anak sudah bisa berkumur, berikan pasta giginya sedikit dulu, cukup di ujung sikat gigi," katanya.
Anak boleh menyikat gigi sendiri, namun Anda tetap harus membantunya. "Biasakan dulu anak untuk mandiri dengan menyikat gigi sendiri. Lalu, ibu menyikat ulang gigi anak. Biasanya, anak hanya menyikat gigi bagian depannya saja. Bagian belakang menjadi tugas orangtua."
Meski anak harus menjaga asupan makannya, bukan berarti ia tidak boleh makan permen sama sekali. Melainkan, buat Si Kecil terbiasa meminum air putih usai menyantap kudapan lengket atau manis. "Kemudian, kunjungi dokter gigi pada saat gigi pertama erupsi atau pada saat anak berusia satu tahun. Jangan ditunggu ada masalah pada gigi anak baru ke dokter. Perawatan ini harus dilakukan secara rutin."
Dengan membiasakan anak konsultasi ke dokter gigi, ia tak lagi merasa takut melihat dokter maupun peralatan kedokteran. "Bagus jika anak bisa duduk di kursi dental tanpa menangis. Jika sudah terbiasa, anak akan punya chemistry dengan dokter sehingga tidak cemas atau trauma saat sakit gigi."
Saat ini, rata-rata anak pergi ke dokter gigi pertama kali untuk mencabut atau menambal gigi. Tak heran, setelahnya ia merasa takut atau trauma ketika diajak ke dokter gigi lagi. "Ada 20 gigi anak yang harus diganti. Bisa lepas sendiri, bisa juga harus dibantu dokter," tambahnya.
Maka, Fatimah menandaskan, itulah pentingnya perhatian dan partisipasi orangtua dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak.
Noverita K. Waldan
KOMENTAR