Tabloidnova.com - Memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia, sejumlah praktisi belum lama ini menyosialisasikan informasi dan pendekatan terbaru dalam penanggulangan Tuberkulosis (TB) Resisten Multi Obat atau Multi Drug Resistant TB (TB MDR).
Selain telah melakukan berbagai upaya pengendalian TB di Indonesia, semua pihak terkait juga diharapkan perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap TB MDR, yakni TB yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang telah mengalami kekebalan terhadap minimal dua obat anti TB (OAT).
Berdasarkan hasil laporan global WHO, Indonesia di tingkat global berada di peringkat 8 dari 27 negara dengan beban TB MDR terbanyak di dunia. Atau dengan perkiraan pasien TB MDR sebanyak 6.800 orang atau 2 persen dari kasus baru dan 12 persen dari kasus pengobatan ulang.
Diperkirakan pula, jumlah kasus TB MDR terjadi sebanyak 5.700 kasus, yang berasal dari TB Paru baru dan 1.000 kasus dari TB Paru pengobatan ulang. Oleh karena itu, diperlukan adanya pendekatan terbaru dalam penanggulangan TB MDR.
Menanggapi persoalan ini, DR dr Erlina Burhan, Msc, SpP (K), dari Persatuan Dokter Paru Indonesia dan Ketua Simposium"Pulmonary Infection Symposia" yang digelar oleh RSUP Persahabatan (RSP), menuturkan, "Upaya dalam penanggulangan Tuberkulosis, khususnya TB MDR memang tidak mudah, tapi dapat dilakukan dan tercapai dengan baik jika keterlibatan, dukungan, dan komitmen semua pihak dapat tersinergikan dengan baik."
Hal penting dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap resistensi obat, kata Erlina, adalah dengan mengobati pasien melalui pemberian panduan dan dosis yang benar, akurat, dan menyelesaikan pengobatan hingga 6 bulan.
"Yang artinya, pasien diobati hingga sembuh. Demikian juga halnya jika kita mencurigai seseorang resisten terhadap obat, seharusnya dapat didiagnosis dan diobati sedini mungkin," papar Erlina.
Pengobatan yang tidak sesuai dengan standar yang ada terhadap pasien yang terduga menderita TB MDR, imbuh Erlina, dapat semakin memperparah situasi resistensi kuman TB.
"Pengobatan TB dengan tatalaksana, durasi, dan cara pemberian yang tidak sesuai panduan yang telah ditetapkan dapat menjadi faktor meningkatnya kasus TB MDR di Indonesia," pungkas Erlina.
Untuk itu, dr HM Subuh MPPM, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), ikut mengatakan,"Masyarakat Indonesia harus mengetahui dan mengerti berbagai indikator penting dalam upaya pengendalian TB."
Indikator penting ini, kata Subuh, mencakup akses pelayanan kesehatan yang semakin baik, adanya pendanaan dan dukungan pemerintah pusat dan daerah, peran masyakarat dan swasta yang makin meningkat, adanya perkembangan teknologi pengendalian TB, dan terobosan kegiatan pada skala nasional dan global.
"Semua indikator tadi harus berangkat dari deteksi dini yang harus dilakukan melalui aksi nyata," tandas Subuh.
Intan Y. Septiani
KOMENTAR