Menurut dr. Sophia Hage, dokter spesialis olahraga, freeletics pada dasarnya adalah latihan fisik intensitas tinggi yang terdiri atas beberapa gerakan dan kombinasi gerakan, termasuk di antaranya berlari.
"Freeletics pada umumnya tidak menggunakan alat dan beban, hanya mengandalkan berat badan seseorang. Kecuali beberapa gerakan yang menggunakan pull up bar."
Freeletics menggunakan beberapa gerakan dan mengombinasikan gerakan-gerakan tersebut menjadi sebuah rangkaian olahraga. "Rangkaian olahraga mulai dari level atau tingkat kesulitannya rendah hingga tinggi. Dilakukan dalam waktu yang cepat dan semuanya dalam intensitas yang tinggi."
Sudah terbayang, bagaimana cara melakukan Freeletics? Misalnya, 10 burpess kemudian disambung dengan 10 climber, diikuti dengan 10 jumps. "Semuanya tergantung tujuan yang ingin dicapai, sehingga kombinasi gerakan-gerakan dapat berbeda-beda."
Freeletics memiliki tingkat kemudahan dan kesulitan yang tergantung dari individu yang melakukan. Apabila seseorang sudah terbiasa melakukan gerakan-gerakan yang dilakukan dalam freeletics tentunya tidak sulit. "Berbeda dengan orang-orang yang tidak terbiasa melakukan olahraga intensitas tinggi, freeletics akan menjadi tantangan tersendiri."
Berbicara tentang cara melakukan Freeletics, Sophia menyarankan saat melakukan freeletics mulailah selalu dengan pemanasan dan peregangan.
"Pemanasan untuk meningkatkan denyut jantung ke rentang yang optimal untuk olahraga. Peregangan untuk mencegah cedera saat olahraga. Selalu ingat minum untuk mencegah dehidrasi sebanyak 200 ml air setiap 15-20 menit berolahraga."
Setelah itu, lakukan pendinginan dan peregangan kembali usai melakukan olahraga untuk mengembalikan denyut jantung ke rentang normal.
"Apabila merasa sesak napas atau pusing saat melakukan olahraga, jangan langsung berhenti, tapi berhentilah perlahan-lahan dan duduk atau berbaring. Jangan juga berhenti tiba-tiba atau memaksa melakukan gerakan meskipun tidak mampu. Atau, melanjutkan latihan meskipun terasa nyeri, atau tidak minum."
Berapa lama latihan dilakukan? Tergantung target dan tujuan. "Pada prinsipnya dilakukan sekali sehari ataupun 3-5 kali seminggu pun tidak masalah selama sesuai dengan kondisi tubuh dan tujuan yang ingin dicapai."
Akan lebih baik saat melakukan latihan berkonsultasi dengan dokter olahraga terlebih dahulu. "Tujuannya untuk memastikan apakah ada kontraindikasi pada diri. Menggunakan bantuan pelatih pun tidak merugikan apalagi untuk memastikan teknik gerakan yang dilakukan sudah benar."
Noverita K. Waldan
KOMENTAR