Saya ibu rumah tangga dengan 2 anak. Anak kedua, laki-laki (22 bulan) sering memukul pengasuhnya yang baru, juga kakaknya (3;6). Dia juga sering menangis meronta-ronta jika keinginannya tidak dipenuhi. Mengapa sikap buruk anak muncul? Bagaimana mengatasinya?
Terima kasih.
Vigo Gosetiadi -Bengkulu
Ibu Vigo yang sedang gundah. Mungkin Bu Vigo terkejut menghadapi anak ke-2 yang berbeda dengan anak pertama, tetapi dengan demikian pengalaman Anda semakin kaya dalam menangani perilaku anak-anak, bukankah demikian? Sekalipun kakak beradik lahir dari orangtua yang sama, namun temperamen setiap manusia tidak akan sama persis.
Jadi, pertama-tama terimalah dulu bahwa si bungsu beda karakternya dari kakaknya. Kedua, ambil sisi positif sehubungan dengan keinginan kuat dari anak untuk memperoleh keinginannya, berarti dia tidak mudah digoyahkan. Ketiga, sejak kapan muncul perilaku memukul, berbarengan dengan bekerjanya pengasuh baru? Keempat, janganjangan dia sudah meminta baik-baik tetapi tidak digubris oleh siapa pun, akhirnya dia meronta-ronta/memukul dan ternyata keinginannya terpenuhi. Jadilah dia makin mempertahakan perilaku ini. Sungguh beruntung Ibu berperan sebagai Ibu rumah tangga sehingga banyak kesempatan untuk mengamati perilaku anak.
Memaksakan kehendak menjadi ciri anak usia batita sampai balita, sebab anak belum mampu memahami pandangan orang lain. Tahap ini dikenal sebagai berpikir dan berlaku egosentris. Merontaronta pada anak usia 22 bulan tidak tepat kalau dianggap sebagai sikap buruk, sebab masih wajar dan merupakan cara yang paling efektif buat anak untuk mencapai sasarannya.
Apa yang harus dilakukan? Berusaha lebih tanggap terhadap kebutuhan anak, mungkin saja dia sudah bosan dengan permainan yang berlangsung, atau mengantuk, lalu mulailah dia mencari gara-gara, meminta hal yang tidak-tidak dan biasa dilarang oleh orangtuanya. Semakin dilarang, semakin menjadi. Oleh karena itu, sebelum dia bosan, segera ajak anak melakukan kegiatan lainnya, atau ketika dia ingin sesuatu dan meminta secara baik-baik, segera tanggapi. Atau kalau Ibu sedang sibuk, katakan "tunggu sebentar" dan segera penuhi permintaannya. Kalau permintaannya tidak mungkin dipenuhi, berikan alternatif lain dan jelaskan kenapa dilarang. Atau ketika dia sengaja ingin menuang air sampai meluap, katakan "tunggu" dan berilah alas waskom besar agar air tidak membasahi lantai.
Dari pengamatan di lapangan, sering kali orangtua tak mengacuhkan tanda-tanda yang ditampilkan anak. Ketika anak mengamuk, barulah diperhatikan. Nah, jadilah anak mengembangkan perilaku negatif ketimbang positif. Begitu bukan? Jadi mulai sekarang coba Ibu perhatikan baik-baik, kenapa si bungsu jadi marah-marah, setelah itu coba tanggulangi sesuai dengan petunjuk yang sudah disampaikan. Mudah-mudahan bisa membantu meringankan tenaga dan beban Ibu. Salam.
KOMENTAR