Saya seorang ibu dua anak. Anak pertama 8 tahun dan anak kedua 5 tahun. Nah, anak kedua saya sedang nakal-nakalnya. Tak heran, dia sering bertengkar bahkan berkelahi dengan anak-anak sebaya. Hal yang dipertengkarkan biasanya masalah sepele, mulai rebutan mainan, main ledek-ledekan, dan lain-lain.
Sayangnya, konflik antar anak itu sering membuat saya kesal. Ini karena orangtua anak sering ikut-ikutan sewot dan terlibat. Misalnya, anak saya pernah dimarah-marahi kala bertengkar dengan anaknya. Jelas saja saya tidak terima dan langsung balik menegurnya, eh dia malah balik menyerang saya. Akibatnya, hubungan saya dengan dia menjadi renggang. Pertanyaannya, sudah tepatkah tindakan saya menegurnya? Bagaimana saya harus bersikap, ketika anak saya bertengkar dengan anak lain? Minta saran Ibu agar orangtua tidak ikut-ikutan terlibat dalam pertengkaran anak. Terima kasih.
Ibu Lela - Sumedang, Jabar
Bu Lela, begitulah hidup bertetangga. Ada yang rukun-rukun saja tetapi ada pula yang diwarnai dengan pertengkaran. Sebenarnya saat putra Ibu dimarahi oleh tetangga, tidak usah terpancing untuk ikut marah. Minta maaf pada dia kalau memang putra Anda yang suka mencari gara-gara. Ada baiknya saat lebaran ini Ibu dan suami bersilaturahmi ke tetangga untuk meminta maaf atas peristiwa yang lalu. Tidak enak bukan, kalau bermusuhan dengan tetangga karena menjadi ganjalan selama masih tinggal berdekatan dengannya. Hal ini akan menjadi sumber stres!
Sementara itu, biarkan putra Anda tetap bergaul dengan sesama tetangga. Usahakan Ibu bisa berada di dekat anak-anak ini, berperan sebagai pengawas untuk mencegah dan memberitahu agar si jagoan tidak sampai bertindak kasar pada teman-temannya. Sekalipun Ibu sangat kecewa karena tetangga memarahi anak Anda, ada hikmahnya juga karena dia mendapat ganjaran dari orang lain. Jangan sampai Ibu melibatkan anak dalam pertengkaran dengan tetangga, misalnya, tidak usah membahas perilaku tetangga ini dengan putra Anda. Tujuannya, agar dia tidak merasa di atas angin, dibela oleh ibunya. Mudah-mudahan kejadian "dimarahi oleh tetangga" bisa membuat dia kapok.
Hal penting lainnya adalah mencari tahu kenapa anak nomor dua ini suka sekali berkelahi dengan anak-anak lain. Bagaimana hubungan orangtua dengan anak, jangan-jangan dia mencari perhatian di luar rumah, atau menerapkan kebiasaan berperilaku kasar yang dibawa dari rumah. Sekian dulu Bu Lela, mudah-mudahan dengan kepala dingin Ibu bisa mengatasi masalah dengan tetangga dan mengatasi ulah putra nomor dua.
KOMENTAR