TabloidNova.com - Idealisme atau prinsip pemikiran dasar kerap dimiliki oleh seseorang. Biasanya pengalaman dan pengetahuan menjadi tolok ukur dalam cara pandang atau paradigma melihat suatu masalah atau kondisi. Lepas dari kaitannya dengan urusan politik dan ekonomi, idealisme jelas menjadi momok bagi seseorang yang sedang mengejar karier atau bekerja. Tidak percaya?
Anda tentu sering mendengar istilah bekerja tidak sesuai minat atau passion yang dialami begitu banyak pekerja. Namun persepsi tersebut jelas hanya berdasarkan satu sisi yang masih mungkin memiliki kekeliruan, karena nyatanya tidak sedikit faktor idealisme menuntun seseorang pada kesuksesan. Sebut saja para pekerja seni dari industri mode maupun kecantikan yang kian diminati banyak kalangan.
Pertanyaan akhirnya muncul terkait seberapa jauh idealisme bisa diikutsertakan dalam kesuksesan karier? Apa dampaknya bagi diri sendiri? Serta, bagaimana membatasi idealisme yang dimiliki seseorang dengan hubungannya pada kepentingan orang lain di tempat kerja atau lingkungan sekitar?
"Idealisme penting dimiliki individu, namun ia harus mampu melakukan toleransi terhadap hal lain yang berada atau terjadi di luar idealismenya," demikian pernyataan psikolog Ayoe Sutomo pada TabloidNova.com.
Lebih lanjut menurut Ayoe, dampak idealisme akan membuat seseorang individu tetap berada pada track atau jalan yang mereka tetapkan. Tapi, harus juga berhati-hati dengan idealisme yang terlalu kaku dan justru merugikan diri sendiri dan orang lain. Seperti contohnya, kesulitan dalam menjalankan peran di lingkungan sosial tempatnya bekerja.
Kiat sukses berkarier dengan idealisme sebenarnya bukan terletak pada sikap kaku dan dingin untuk menanggapi pemikiran orang lain, tapi bagaimana melihat, menyikapi, menganalisa, dan bersinergi dengan masalah sekitar namun tanpa mengubah idealisme yang dimiliki.
"Bahasa mudahnya adalah fleksibel tapi berprinsip, dan pandai membaca peluang serta jujur. Idealisme tidak akan berhasil dan memberi kesuksesan jika tidak dilengkapi rasa menghargai, menghormati, komitmen, dan konsistensi," saran Ayoe.
Cara terbaik membatasi idealisme dengan tidak merugikan orang lain bisa ditempuh melalui pemahaman secara baik dan jelas mengenai hal apa saja yang menjadi prinsip paling mendasar dalam hidup masing-masing individu. Harapannya, hal ini mampu menunjukkan sikap yang diterima secara sosial apabila ada satu hal yang tidak sesuai dengan idealismenya, sekaligus tidak melukai atau terkesan aneh bagi lingkungan sekitar.
"Idealisme kerap berbenturan dengan sikap atau pemikiran atasan atau rekan kerja. Ingat idealisme Anda belum tentu benar di mata orang lain. Cara termudah adalah membuktikan bahwa idealisme Anda tidak keliru serta bersikap peka. Untuk sukses wajib disertai usaha, keahlian, pendidikan, dan sikap ulet," tutup Ayoe.
Ridho Nugroho
KOMENTAR