TabloidNova.com - Jakarta Gems Center di Rawa Bening, kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, sering disebut sebagai pasar batu mulia terbesar di Jakarta. Untuk urusan batu mulia, JGC memang terbilang lengkap. Hampir semua batu mulia dari berbagai negara tersedia. Misalnya saja batu safir dari Srilangka yang oleh pedagang batu lebih populer dengan nama Sailon.
"Ini ada sejarahnya. Zaman dulu, untuk naik haji perlu waktu berbulan-bulan karena masih menggunakan kapal. Nah, salah satu tempat persinggahannya di Srilangka. Saat itu, banyak pedagang yang menawarkan batu mulia ke kapal," ujar Udin (59), salah satu pedagang asal Banjarmasin.
Selanjutnya, batu zamrud masuk dari Kolombia. Disusul bebatuan dari benua Afrika. "Sekian lama batu impor mendominasi batu mulia di sini. Kadar kekerasan batu memang bagus. Secara kualitas, mereka lebih dari batu lokal," tukasnya.
Namun, tiga tahun belakangan ini, batu lokal mendominasi. Ada jenis Bacan dari Pulau Bacan, Maluku, Sungai Dareh dari Sumatra Barat, giok Aceh, Kalimaya Banten, dan banyak lagi batu dari Garut.
Kelebihan batu lokal menurut Udin, terletak pada corak dan warnanya. "Ketika diterawang lebih dekat, ada guratan menjadi semacam gambar. Kalau gambarnya unik, harganya jadi mahal. Pernah ada lo, batu dengan gurat gambar seperti kepala singa harganya sampai ratusan juta."
Batu lokal juga bisa menimbulkan semacam perasaan emosional. Ketika orang sudah suka, harga sudah tidak menjadi masalah. Dalam hal ini, sudah tidak ada urusannya dengan kadar kekerasan batu mulia.
"Saya pernah dapat ledakan rezeki. Maksudnya, saya beli batu mulia seharga Rp 10 juta, eh bisa laku sampai 10 kali lipat. Hampir semua pedagang pernah punya pengalaman seperti saya," lanjut Udin, yang sudah berdagang di sana sejak tahun 1994.
"Sebenarnya, saya menjual batu mulia di sini mulai dari harga puluhan ribu sampai maksimal Rp 10 juta. Tapi, suatu saat saya dapat batu bagus. Ada pembeli yang bersedia membeli dengan harga mahal. Dia ini salah satu pengusaha yang tidak mau membeli di sini, mungkin karena lokasinya tidak nyaman bagi dia. Makanya, saya bikin janji dan bertransaksi di luar," papar Udin.
Tidak heran, dari berdagang batu mulia, Udin mengaku pendapatannya minimal Rp 25 juta per bulan.
Henry Ismono
KOMENTAR