Tabloidnova.com - Anda tentu pernah mendengar nama Mak Erot, bukan? Nama seorang perempuan tua di Jawa Barat yang ditengarai mampu memperbesar ukuran penis kaum pria ini pernah begitu populer.
Mengapa Mak Erot sangat fenomenal? Menurut psikolog seksual Zoya Amirin, fenomena Mak Erot muncul lantaran kaum pria terutama di budaya timur, termasuk Indonesia, masih menganggap penis besar adalah sesuatu yang membanggakan dan dianggap dapat sangat memuaskan bagi kaum perempuannya.
Padahal yang terjadi, kata Zoya, pria yang telah mendapatkan 'pengobatan' dari Mak Erot justru mendapat masalah tambahan, bukannya solusi.
"Tapi coba perhatikan, berapa banyak berita soal keluhan para pria yang lapor ke polisi gara-gara gagal diobati Mak Erot yang bisa kita baca? Sedikit sekali, kan? Karena kaum pria malu membahas persoalan seputar penisnya," kata Zoya.
Sebenarnya, kata Zoya, bukan semata ukuran penis yang membuat pria hebat di ranjang. Buat apa punya penis besar tapi tak memuaskan pasangannya?
"Jika penisnya besar tapi lembek, tidak tegang dan tidak keras, sehingga tidak bisa penetrasi ke dalam vagina pasangannya, kan, juga jadi tidak hebat."
Zoya menegaskan, dalam berhubungan seksual yang paling penting adalah pria bisa memuaskan perempuannya, begitu pula sebaliknya. "Sehingga yang dibutuhkan dalam relasi seksual adalah komunikasi antara pasangan.
Misalnya, dengan terbuka, bicarakan gaya seperti apa yang paling nyaman dinikmati, bahkan yang bisa membuat keduanya sama-sama bisa merasakan orgasme," ujar Zoya.
Dan jika memang terdapat masalah pada penis, misalnya merasa tidak keras dan tidak tegang pada saat ada rangsangan seksual, kata Zoya, bisa jadi pria itu mengalami Disfungsi Ereksi (DE).
"Pengobatan disfungsi ereksi, bukan lari ke Mak Erot. Melainkan, kunjungi ahlinya atau dokter spesialis andrologi. Sehingga didapat hasil diagnosis yang benar, yang pada akhirnya akan mendapatkan pengobatan yang tepat pula. Jika pemicu masalahnya adalah faktor psikologis, biasanya dokter spesialis andrologi akan merekomendasikan ke psikolog seksual untuk ditangani lebih lanjut," papar Zoya.
Sehingga, kata Zoya, memerhatikan kesehatan seksual sangatlah penting, karena dapat memengaruhi keharmonisan kehidupan rumah tangga. "Jadi penting sekali untuk memahami tingkat kepuasan seksual tiap pasangan, mengingat dapat memengaruhi kualitas hidup, kondisi fisik, dan non fisik (psikis), untuk mendukung aktivitas sehari-hari."
Disfungsi ereksi yang dialami kaum pria, lanjut Zoya, tak jarang menyebabkan stres hingga depresi, yang akibatnya berpengaruh terhadap hubungan pribadi dengan pasangan dan lingkungan sekitar. "Kuncinya, komunikasi dengan pasangan sangat penting dilakukan, sebagai bagian dari pengobatan disfungsi ereksi."
KOMENTAR