Kerjakan sendiri. Hindari interaksi dengan laki-laki bila tak atas permintaannya atau memang benar-benar harus Anda lakukan. Tak berarti yang jelek-jelek di dirinya didiamkan saja, tidak Bu.
Dengan mencoba membuatnya lebih banyak mendapat pengalaman positif di rumah, diharapkan akal sehatnya jadi sadar, Anda sosok yang berarti (meaningfull) bagi dirinya, sehingga ia mau lebih banyak ada di rumah, berlama-lama dengan Anda. Makin banyak pengalaman positif, bukankah makin ingin mengulanginya?
Nah, di saat ia tenang, nyatakan penghargaan, Anda senang bila ia tak marah-marah. Saat akan pergi malam, bila hatinya agak senang, katakan sambil lalu, Anda senang bila ia pulang lebih cepat dan jangan ditambahi komentar apa-apa.
Makin banyak melontarkan kata-kata bernada tak menyudutkan, marah atau kesal, makin sedikit peluangnya untuk meledak-ledak, bukan? Dan bila Anda menghilangkan perbendaharaan kata yang memaki suami, pelan-pelan ia akan belajar, tanpa makian hidup akan lebih tenang.
Nah, bila Anda bisa menyibukan diri dalam proyek untuk diri ini, mudah-mudahan fokus energi akan tertuju pada perbaikan diri, dan suami bisa melihat apa yang membuat dirinya makin nyaman di rumah. Semoga ini bisa menjadi contoh buat dirinya.
Bagaimana bila KDRT jalan terus dan Anda tetap ingin bercerai? Jangan lupa membuat foto bila ada lebam atau luka. Pergi ke RS terdekat dan kantor Polisi guna meminta visum dan surat pengaduan.
Kumpulkan bukti, dan ini bisa jadi bahan yang amat berguna bila kelak Anda memutuskan bercerai. Satu hal yang perlu diprioritaskan, usahakan agar di depan anak-anak, Anda tak menjawab bila ia marah dan memaki. Masuk kamar, atau suruh anak-anak masuk kamar, sehingga perang tak terjadi di hadapan mereka.
Ayo Bu, bila bukan kita, siapa lagi yang memikirkan diri kita? Jangan menyerah pada kondisi yang tak membuat nyaman, tapi bertindaklah yang tak merugikan diri, ya? Mudah-mudahan, keadaan akan membaik di masa mendatang. Salam sayang.
Asuhan: Dra. Rieny Hasan
KOMENTAR