Akibatnya, anak lalu menafsirkan "adil" sebagai kesetaraan perlakuan terhadap semua anak, karena dia tentunya, lalu merasa mengapa ia yang selalu kebagian kewajiban dan tuntutan, sementara adiknya terus menerus mendapat perlindungan, perhatian, rasa was-was ibunya.
Si adik sendiri, karena terus menerus dihujani perhatian, santunan, selalu dibenarkan, didahulukan dan dimanjakan, jadi punya perasaan bahwa dia ber-HAK atas itu semua. Tanpa harus belajar bagaimana pelan-pelan dia mandiri dan menjalankan peran sebagai suami dan ayah dengan lebih dewasa dan bertanggung jawab.
Saya ingin mengajak Anda untuk mensyukuri dahulu, benar-benar bersyukur atas nikmat Allah. Nikmat adalah segala kelebihan yang Anda peroleh Bu J, lebih dari harapan sebelumnya, lebih dari apa yang ada di dalam diri ibunda dan adik Anda, lebih dari apa yang Anda butuhkan.
Pasti Anda punya banyak nikmat, kan, Bu? Bisa memberi uang bulanan pada mertua dan ibunda, itu nikmat keuangan. Selalu dimintai tolong untuk kepentingan adik, berarti Anda punya banyak sekali nikmat ALLAH dalam bentuk kedewasaan, kemandirian dan kebijaksanaan. Belum lagi nikmat karena punya suami dan anak-anak yang oke, bukankah adik Anda belum memiliki ini?
Kalau ibunda tak bisa memberi penghargaan, terasa melecehkan Anda dan menganggap Anda harus selalu membereskan masalah adik, bukankah ini bagian dari nikmat? Karena Anda justru punya lebih banyak kemampuan menghargai, Anda lebih terampil mengelola hidup dan Anda jelas lebih dewasa dari adik dan bahkan dari ibunda sekalipun.
Bila Anda sudah dapat meyakini betapa banyaknya nikmat yang datang pada Anda, dengan takjub Anda akan heran, kok rasanya malah kasihan, ya, sama ibunda dan adik? Benar Bu, hanya ketika kita sadar bahwa kita punya banyak kelebihan yang dapat kita manfaatkan untuk orang-orang yang (mestinya) kita cintai, kita akan sadar betapa sayangnya Tuhan pada kita, karena itu nikmatilah anugrah Allah ini.
Berikutnya, coba gali sifat dan sikap ibunda dari sudut pandang yang lebih positif. Bukankah dia, ibu yang peduli benar dengan anaknya? Tidakkah ia berhasil mendidik Anda sehingga Anda bisa tumbuh jadi sosok yang tangguh dan selalu bisa menolong keluarga?
Bila Anda menginginkan hal-hal baik dari seseorang, terlebih dahulu Anda harus mencari yang terbaik di dalam dirinya. Karena jika Anda terpaku pada kekurangan- kekurangannya, dia tidak akan pernah cukup baik di mata Anda.
Setelah emosi bisa lebih diredam, dan Anda bisa sedikit saja memiliki penghargaan pada ibunda, Insya Allah Anda akan mampu melakukan apa yang benar-benar hanya jadi nikmat-Nya bagi orang-orang terpilih, yaitu MEMAAFKAN.
Benar Jeng, hanya orang yang mendapat anugrah kemuliaan yang mampu memaafkan tanpa embel-embel, just forgive! Saya yakin kok, dengan seabreg kebaikan yang tulus yang selama ini telah Anda buktikan, dapat Anda berikan kepada ibunda dan adik, memaafkan adalah hal yang mudah untuk Anda.
Nah, tuntaskan langkah-langkah ini, maka kelak, pertemuan dibingkai oleh hati yang telah terbarukan oleh lebih banyak syukur atas nikmat serta kemampuan memaafkan. Mantaplah melangkah ke arah ini, agar Anda bisa segera berakrab-akrab dengan ayah lagi karena tak perlu bersitegang leher dengan ibunda. Salam sayang.
Asuhan: Dra. Rieny Hasan
KOMENTAR