"Yang perlu ditegaskan, yang namanya pensiun dini itu enggak ada. Di Indonesia tidak ada dan tidak bisa itu yang namanya pensiun dini."
Pernyataan di atas diucapkan oleh Aidil Akbar, seorang Perencana Keuangan dan pendiri Akbar Financial Check-Up.
Perusahaan-perusahaan, menurut Akbar, membuka kesempatan pensiun dini (pendi) sebenarnya hanya untuk mengakali karyawan yang sudah tua dan tidak produktif lagi.
Ketika memutuskan pendi, banyak karyawan yang berharap bisa menggunakan uang pendinya untuk berbisnis. Namun Akbar mengatakan, hal itu tidak mungkin akan berhasil.
Ketidakberhasilan ini, kata Akbar, dikarenakan kurangnya perencanaan. Unplanning. Memutuskan untuk pendi saja sudah euforia, jadi bagaimana mungkin punya waktu untuk melakukan perencanaan bisnis.
"Coba deh disurvei, dari begitu banyak orang yang pensiun dini, rata-rata uangnya pasti habis tidak sampai tiga tahun. Setelah itu mereka ngapain?"
"Saya sih selalu menyarankan ke klien, kalau ada tawaran pensiun dini jangan diambil. Ngapain kalau tidak ada tujuan yang jelas? Biasanya, setelah itu mereka kesulitan mendapatkan pekerjaan baru," terang Akbar lagi.
Akbar menggambarkan, rata-rata usia pendi ialah 45-50 tahun. Di usia segitu, mungkinkah masih ada perusahaan yang memberi kesempatan mereka untuk bekerja?
"Orang yang usianya sudah di atas 40 tahun, unless dia punya nama baik, cemerlang dalam pekerjaannya, jabatan terakhirnya bagus, dan dicari-cari orang, enggak akan dapat pekerjaan yang gajinya lebih baik dari penghasilannya terakhir. Percaya, deh! Siapa coba yang mau hire orang yang usianya di atas 40 tahun tapi kemampuannya enggak ada?"
Jadi, jika Anda ingin memutuskan untuk pendi, pikirkan terlebih dahulu apa tujuannya.
Ester
KOMENTAR