TabloidNova.com - Memori tahun 1989 menjadi pertanda kiprahnya memasuki dunia mode. Mengenal bidang yang sarat akan visualisasi serta interpretasi busana di Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budiharjo lalu menghasilkan karya hingga sekarang, membuatnya kembali sadar sudah berapa lama ia bergelut dan menciptakan karya.
Didi Budiarjo tentu bukanlah nama baru bagi industri mode tanah air. Pernah mengecap ilmu mode di Atelier Fleuri Delaporte, Paris, Perancis selama beberapa tahun membuat sosok perancang busana satu ini terus eksis dan dicintai para pecinta mode.
Tidak hanya menelurkan koleksi rancangan namun juga sudah berkontribusi terhadap perkembangan mode dan jurnalistik mode lewat sejumlah penghargaan. Sebut saja Piala Redmod dari redaktur mode media massa Jakarta serta 'kepedulian Terhadap Pelestarian Budaya Indonesia' dari pemerintah Indonesia pada tahun 1999.
"Dua puluh lima tahun bagi saya adalah sebuah perjalanan. Sebuah proses panjang bermakna yang akan saya ceritakan dalam tiga perayaan, yakni fashion show Didi Budiarjo Couture 2015, pameran Pengembaraan Mode Didi Budiarjo di Museum Tekstil Jakarta pada bulan Januari 2015, dan pameran art installation dengan tema sawunggaling pada Februari 2015," ujar Didi saat konferensi pers di Hotel Mulia, Jakarta pada Rabu (1/10).
Cita-citanya pun sederhana sehingga bermaksud membuat pameran di Museum Tekstil Jakarta yang sekaligus menandakan Didi Budiarjo adalah desainer pertama Indonesia yang menggelar pameran semua koleksinya disana.
"Saya hanya ingin mode bersifat universal, bukan milik perorangan, kelompok apalagi satu golongan. Mode harus bisa dinikmati keindahannya secara luas oleh masyarakat Indonesia" kata perancang busana yang tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) tersebut.
Untuk menuangkan segala inspirasi akan ingatan 25 tahun berkaryanya, Didi pun mengakui sudah memikirkannya konsep sejak Januari 2014. Sebab begitu banyak hal yang ingin disampaikan kepada khalayak luas namun sulit dihadirkan hanya dalam sebuah fashion show, Didi akhirnya menggandeng scenografer muda, Felix Tjahyadi serta Rinaldy A. Yunardi untuk aksesori.
"Pertemuan saya pertama kali dengan Didi pada peragaan busananya 'Paramour' di tahun 2008. Saat itu saya yakin akan bekerjasama dengan Didi suatu saat nanti, dan akhirnya kesempatan itu datang. Didi yang terkenal detail, konseptual dan kreatif ternyata menyerahkan semuanya kepada saya, yang justru membuat saya khawatir melakukan kekeliruan, namun semua berjalan lancar," ungkap Felix di sela-sela konferensi pers.
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Rinaldy A. Yunardi yang untuk peragaan busana 'Curiosity Cabinet' ditunjuk membuat aksesori mulai dari headpieces, kalung dan lainnya. Didi telah menyiapkan 56 busana yang diantaranya mengusung tiga songket asal Padang.
Mengenai tema, 'Curiosity Cabinet' atau Cabinet of Wonder digambarkan sebagai mikrokosmos atau teater dunia serta sebuah teater memori. Alasan ini pula yang mendasari pemilihan tema peragaan busana demi mewakili ingatan seorang Didi Budiarjo untuk memperingati 25 tahun berkarya.
"Pada tiap sisi dasar otak manusia terdapat tempat dimana memori tersimpan rapi dari yang menyenangkan hingga gelap sekalipun. Sisi kanan dan kiri kepala berperan mengingat dan terletak Hippocampus yang berbentuk potongan koronal menyerupai kuda laut sehingga nanti akan terlihat sosoknya di peragaan busana," jelas Didi.
Kesempatan yang sama di ruang konferensi pers juga terdapat moodboard yang terdiri dari banyak foto-foto penuh makna yang terangkum dalam 3 inspirasi yakni, bucolic garden (serangga, kebun, dan bunga), lalu dragon empire (roma, tiongkok, naga dan simbol) serta mermaid (semua yang berhubungan dengan laut). Tercantum satu bait bertuliskan huruf Arab di sisi moodboard.
KOMENTAR