Tetapi keadaan yang memaksaku begini. Aku pikir mengamen lebih banyak memberikan manfaat daripada tetap bersekolah. Aku jadi bisa cari uang sambil terus bernyanyi," ucapnya.
Tapi belakangan Aris mulai menyadari kekeliruannya itu. Seperti sekarang, ia setengah mati menghafal lirik lagu berbahas Inggris. "Enggak ada cara lain. Aku harus konsentrasi. Susah dan repot sih. Tapi biar tambah mantap, aku baca doa dulu di balik panggung," ungkapnya.
Sebagai remaja yang tumbuh di jalanan dan masih labil saat itu, Aris mengaku dirinya kerap tak mampu menahan godaan dari lingkungannya. Ia biasa menghabiskan waktu bersama Yoyo, Ucok, Icong, dan Richard.
"Masa-masa seperti ini yang tidak pernah aku lupakan. Susah dan senang selalu bersama. Mulai dari ngamen, mabuk, ngamen, mabuk. Begitu terus. Sampai akhirnya suatu hari ayah mengetahui kelakuanku. Aku dihukum enggak boleh pulang kalau sedang mabuk," ujar Aris lirih.
Aris sadar dirinya tengah terbawa arus kehidupan anak jalanan. Kehidupan yang keras dan penuh dengan perlakuan semena-mena dari orang sekitar sudah menjadi "makanan" baginya setiap hari.
Ari Dwi Astuti
KOMENTAR