Sementara tugas kuliah saya kerjakan di warung angkringan. Meski penghasilan tidak banyak, tapi cukup untuk bayar kos, cicilan modal awal, uang kuliah, beli buku, hingga akhirnya saya bisa membeli gerobak itu. Namun ada satu hal yang sangat berharga ketika memiliki usaha angkringan ini. Di sana saya mendapat ilmu wirausaha dari para pembeli dengan latar belakang pendidikan yang bervairiasi.
Sampai kapan punya usaha angkringan ?
Tahun 2009 saya tutup sementara karena saya dapat tugas praktik lapangan di sebuah perusahaan di Jakarta selama dua bulan. Tapi apesnya, sepulang dari Jakarta, gerobak saya hilang dicuri orang. Lantaran tak punya pekerjaan lain, saya melamar kerja ke bebarapa lembaga survei.
Lantas, bagaimana sampai bisa memiliki usaha minyak asiri?
Sebenarnya itu ide yang datang secara spontan. Di tahun 2009, saat pulang dari Jogja menuju Kendal, di sepanjang perjalanan saya melihat daun-daun cengkih kering, rontok, berserakan di bawah pohon. Dari pemandangan itu lalu terlintas di pikiran saya, andai daun cengkih itu diolah dengan baik dan ditunjang ilmu marketing yang profesional, pasti akan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Di kawasan desa saya, pengolahan minyak asiri memang sudah ada di mana-mana, tapi karena tak dikelola secara baik, jadi hasilnya tak berkembang baik. Masyarakatnya tetap miskin.
Anda langsung mencoba?
Tidak. Saya melakukan riset kecil-kecilan dulu selama setahun. Saya cari bahan di internet serta mengambil data dari beberapa kementerian untuk membuat business plan. Di antaranya data tentang perusahaan apa saja yang membutuhkan minyak asiri, berapa jumlahnya, berapa harga jualnya, dan sebagainya. Pokoknya semua saya petakan dulu.
Lalu?
Dari hasil riset itu, untuk membuat usaha minyak asiri minimal dibutuhkan dana awal Rp80 juta. Uang itu untuk membuat drum penyulingan, pemanas, dan lain-lain. Itu biaya paling murah dan alatnya dirancang sendiri tanpa bantuan orang lain, keculi tukang lasnya. Kalau pesan alat khusus, tentu harganya jauh lebih mahal.
Setelah tahu biaya yang dibutuhkan tadi, saya masukkan proposal ke orang-orang yang kira-kira berminat dengan sistem bagi hasil. Tapi dari 10 orang yang saya temui, tak satupun ada yang mau menanamkan modalnya. Untungnya, orang ke-11 yang saya temui berminat membiayai rencana kerja saya itu.
Akhirnya?
Tanpa menunggu waktu, setelah dana turun, semua rencana kerja itu saya laksanakan dengan baik. Semua tahapan bejana penyuligan saya buat sedemikian rupa sehingga akhirnya jadi dengan baik.
KOMENTAR