Sudah pandai menari sejak kapan?
Sejak kelas 5 SD. Belajar tari klasik dan modifikasi di Sanggar Tari Sunu Pratiwi Yogyakarta yang buka cabang di Magelang. Ada sekitar 30 jenis tari yang saya kuasai. Saya juga lulusan Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Magelang tahun 2004. Kemudian saya mulai mengajar tari di SMK Muhamadiyah.
Pada 2005 saya diterima kerja di Kelurahan Kramat Selatan, Magelang sebagai pegawai honorer Pemda. Saya jadi kasir rekening sampai bikin KTP, teramsuk mendaftar raskin, air, dan listrik. Sampai hari ini status saya masih honorer.
Lalu sejak kapan mengajar tari di RSJ?
Ceritanya, saat saya mengajar tari di SD Gedongsari 5 dan UMM sering diminta menari tiap ada tamu atau pejabat datang. Suatu kali Direktur RSJ Magelang, Pak Junaidi, melihat penampilan saya. Beliau lalu punya ide ingin memberi terapi menari untuk pasiennya. Awalnya diminta mengajari pegawai RSJ. Nah, saat saya mengajar pegawai, sejumlah pasien mengikuti gerakan tari di belakang kami. Saya heran, orang sakit jiwa kok bisa mengikuti gerakan tari dengan baik. Lalu Pak Direktur memberi saya Surat Keputusan (SK) sebagai pelatih tari dengan status outsourching sejak 2007.
Apa manfaat tari bagi pasien sakit jiwa?
Tarian bermanfaat sebagai sosial terapi. Pasien kalau minum obat kan jadi tenang dan tidur. Nah, daripada minum obat, kalau diajari menari fisiknya jadi lelah, sehingga mereka akan tertidur sendiri. Atau bisa juga untuk membangkitkan semangat mereka yang pendiam. Saat bergerak, mereka akan capek lalu tertidur sendiri. Dan jangan anggap orang sakit jiwa tak bisa menari. Tapi memang melalui proses kenalan dulu dan waktunya tak bisa dibatasi. Saat proses perkenalan, mereka akan cerita apa saja dan harus didengarkan. Kita harus memanusiakan mereka. Mereka juga bisa sakit hati, lho. Kalau kita menghargai mereka, mereka juga akan menghargai kita.
Kok, Anda bisa sesabar itu?
Bagi saya pasien RSJ adalah orang yang butuh perhatian. Di sana mereka berobat, jadi kita harus bisa memberikan yang terbaik. Pernah ada cerita lucu. Rambut saya dijambaki, gara-garanya saya dikira pacar bekas suaminya. Pasien itu memaki-maki saya.
Karena itu meraih predikat Pemuda Pelopor (PP)?
Betul. Saya didorong Karang Taruna mengikuti penialian PP. Tahun 2009 saya meraih juara 3 tingkat nasional. Sebelum presentasi di hadapan tim penilai, saya di-up grade dan berdialiog dulu dengan direktur RSJ, sehingga apa yang saya utarakan tentang terapi menari bukan asal bicara saja. Saya kan bawa nama besar RSJ.
Dampak positifnya?
Para pasien RSJ bisa lebih banyak keluar RS untuk pentas tari bersama saya. Misalnya pada hari jadi Kota Magelang di alun-alun. Penonton banyak yang mengira saya pasien RSJ. Malah ada yang komentar, "Cantik-cantik kok sakit jiwa?" Wah, itu bikin ibu saya tak tahan untuk klarifikasi bahwa saya bukan pasien RSJ.
Komentar lainnya?
Ada yang mendoakan, "Yang sabar ya Mbak, semoga cepat sembuh." Saya jawab saja, "Matur nuwun." Eh, semua pasien ikut-ikutan jawab, "Matur nuwun." Geli saya tiap ingat itu.
Kabarnya stop mengajar tari?
Januari lalu saya mengalami kecelakaan di jalan raya. Motor saya ditabrak remaja yang mengendarai motor sambil bertelepon. Saya terseret di aspal dan badan tertindih motor hingga engsel kaki saya patah. Mau tak mau harus istirahat total tiga bulan. Bila sudah sembuh dan RSJ masih membutuhkan, saya akan balik lagi. Posisi saya sekarang digantikan orang lain.
Apa aktivitas sekarang?
Tahun 2007 saya sempat belajar membatik pada pasien RSJ asal Pekalongan. Saya pikir, orang sakit saja bisa membatik, kenapa saya tidak? Kebetulan tahun 2009 Pemkot Magelang buka pelatihan membatik, menggali motif Magelangan yang belum ada. Lalu saya ikut mengirimkan desain batik buah sukun yang banyak tumbuh di halaman RSJ. Saya terpilih masuk 20 besar. Lalu kami disekolahkan di Batik Komar Bandung. Pulang ke Magelang saya dapat sertifikat dan mulai berani bikin kain batik. Hasilnya saya pakai sendiri. Lalu saya tawarkan ke teman-teman di kantor.
Apa ciri batik Magelang?
Hingga saat ini kami terus menggali. Yang sudah ada sih nama-nama kampung di Magelang. Sejarah kampung bisa diabadikan di selembar kain batik setelah mengajak dialog para tokoh kampung dan Pemkot Magelang. Saat ini selain motif gethuk, ada Bayeman, Gelangan, dan lainnya. Motifnya tak jauh dari flora dan fauna serta ragam hias khas Magelang seperti bunga kantil dan burung gelatik. Paling tidak saya sudah punya 40 motif. Ciri khas warnanya cenderung cerah.
Apa nama usaha batiknya?
Sekar Batik. Oh ya, kegiatan saya di batik juga sudah menghasilkan penghargaan, juara I Kube (Kelompok Usaha Bersama) Berprestasi Tingkat Nasional. Selain kerja di kelurahan, saya kan TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan) yang banyak berhubungan dengan soal kemiskinan. Nah, ketika saya memamerkan batik saya, ke mana pun sering mengajak para pekerja miskin secara bergantian untuk jadi SPG, sekaligus melatih mereka dan agar punya uang saku.
Rini Sulistyati
KOMENTAR