Tubuhnya ditumbuhi bulu lembut, tebal, dan berwarna keemasan. Seperti seekor monyet keemasan.
Tanaman unik berbulu lembut ini dikenal dengan nama Pakis Monyet, atau Pakis Emas. Karena tanaman ini mengingatkan orang pada sosok Hanoman, monyet sakti dalam cerita Ramayana, banyak juga yang menamainya Pakis Hanoman.
Pakis Emas sering juga disebut bagedor atau pakis pohon yang termasuk dalam keluarga paku-pakuan. Banyak nursery menjual Pakis Emas yang asalnya tumbuh di hutan, dalam bentuk beraneka ragam. "Dari anakannya dibentuk sesuai keinginan kita, atau dibonsai," urai Alfa Ramayana, seorang hobiis asal Palembang.
Pakis emas bisa mencapai tinggi 1,5 meter. Sejak setahun lalu tanaman ini sedang diminati di beberapa daerah di Indonesia, termasuk di Palembang. "Sekarang pun masih banyak dicari orang terutama pemesan dari Pulau Jawa." Sayangnya, lanjut Alfa, tanaman ini tidak bisa diperbanyak jadi harus menunggu dari anakan. "Ketika pohon induknya muncul anakan, tinggal dipotong pakai parang karena keras. Anakan tersebut lalu ditanam di media baru. Satu atau dua bulan kemudian muncul tunas."
Manfaat Bulu
Ternyata, selain unik, bulu di sekujur tanaman pakis emas memiliki manfaat lain. "Bulunya bisa digunakan untuk penyembuhan luka. Luka jadi cepat kering dan bebas infeksi," tutur Sukaesih, salah satu pemilik nursery di Jakarta.
Seperti di Palembang, setahun belakangan ini warga Jakarta juga mulai melirik tanaman ini. "Harganya masih agak mahal, sekita Rp 350 ribu untuk satu pohon," ungkap Sukaesih
Agar bulunya tetap bagus, Sukaesih punya tips. "Saat menyiram jangan disiramkan ke badan atau bulu monyetnya." Hindarkan juga dari hujan karena bulunya bisa rusak. Letakkan saja di dalam rumah atau teras, karena kalau terlalu banyak terkena sinar matahari bulunya juga bisa gosong. Tips lain, agar bulu tidak terbang terkena angin, kasih minyak biar lengket.
Nama Lain:
1. Orang Surabaya menyebut Pakis Sun Go Kong.
2. Media tanam pakis berupa humus dan tanah.
3. Besar kecilnya bonggol berpengaruh pada tunas yang muncul. Bonggol besar, tunasnya pun besar. Begitu PULA sebaliknya.
Koleksi: Sukaesih (Jakarta) dan Alfa Ramayana (Palembang).
Noverita K. Waldan
FOTO-FOTO: < Dokumen Nova>
KOMENTAR