Awalnya, kan, berkarier sebagai pesulap. Bagaimana bisa mengenal sand animation?
Waktu itu saya ikut The Master (ajang pencarian bakat khusus pesulap di sebuah stasiun teve swasta, Red.) dan di final saya ketemu dengan Limbad, tapi saya tidak menang. Sebelumnya saya memang sudah jadi coorporate magician. Sampai saya lulus dari acara itu, saya tetap jadi coorporate magician.
Tahun 2009, saya lihat di Youtube ada aksi sand animation dari seorang wanita bernama Kseniya Simonova. Dia masih muda, baru berumur 24 tahun. Dengan sand animation, dia menang kompetisi Ukranian Got Talent. Menurut saya, itu luar biasa.
Saat itu saya berpikir, di Indonesia belum ada sand animator dan saya ingin menekuninya. Saya tanya ke mana-mana, tidak ada yang menekuninya, jadi saya enggak bisa belajar atau mengobrol sama siapa-siapa.
Lalu?
Akhirnya saya cari pasir sendiri, saya saring sendiri, saya cari teknik sendiri. Setelah melalui serangkaian uji coba, baru saya dapatkan formula pasir yang cocok. Pasir yang sekarang saya pakai adalah campuran antara pasir lokal, pasir dari Bali dan pasir silika. Itu semua agar saya mendapatkan granulasi yang seimbang saat mengarsir pasir.
Setelah itu, saya sempat bikin alat tapi salah buat. Sudah tak terhitung berapa kali saya coba bikin alat yang pas karena alat yang saya inginkan tidak ada yang jual. Banyak orang tidak support dengan ambisi saya itu. Bahkan istri saya pun sempat khawatir. "Kamu sudah investasi segini, lho," katanya mengingatkan. Ha ha ha...
Dari berbagai pengalaman itu, saya berpesan kepada orang lain yang punya ambisi seperti saya. Tetap teruskan ambisinya. Nanti kalau sukses, orang akan memuji Anda tanpa tahu susahnya Anda.
Sejak kapan mulai tampil sebagai sand animator?
Setelah satu setengah tahun belajar, tepatnya pada bulan Juni tahun 2011, saya tampil sebagai sand animator untuk pertama kalinya di Mal Grand Indonesia. Saya percaya diri sekali karena orang lain belum ada yang bisa. Lucunya, saat saya buat gambar sesuatu dan saya merasa kurang bagus, penonton malah bertepuk tangan. Buat saya, ya sudahlah. Apa pun, kalau itu baru, orang yang melihat pasti takjub. Tapi ke depannya,saya akan berusaha untuk memperbaiki.
Anda menyebut diri sebagai sand animator pertama Indonesia. Bukankan sebelumnya sudah ada yang menekuninya?
Memang sebelum ini saya sudah pernah melihat yang namanya wayang pasir, yang dilakukan oleh Fauzan. Dia ini senior saya. Meski kalau dilihat ada perbedaan dari gaya tutur di gambarnya. Kalau di sand animation, animation itu sama dengan movement atau 'pergerakan'. Selain pasirnya bergerak, frame-nya juga harus bergerak. Maksudnya, satu frame ke frame berikutnya bergerak bukan karena dihapus tapi transformasi. Elemen yang ada di bagian pertama menjadi elemen pembuka di bagian kedua, begitu seterusnya. Jadi, transformasinya itu yang menarik.
Nah, kalau wayang pasir lebih ke art performance, sand animation lebih ke visual performance. Sementara saya saat perform sambil memakai headphone dan iPad. Booth pasir saya juga besar, sengaja dibuat begitu karena di bagian depannya ada layar LCD. Kurang lebih sama seperti melihat seorang DJ tampil.
Sudah banyak peminatnya?
Bisa dibilang seperti itu. Publik mungkin masih bingung karena saya menekuni magic, hipnosis dan sand animation. Nah, saya sedang mencoba menyatukan itu semua menjadi satu pertunjukan. Tapi saat ini belum ketemu formulanya. Karena sand animation sesuatu yang baru di Indonesia, orang jadi lebih mengenal saya sebagai sand animator.
Kemarin ini saya mengirim manajer saya ke Singapura karena ada yang tertarik pada pertunjukan saya. Pertengahan bulan ini saya ke Malaysia, sedangkan bulan depan ke Hong Kong dan Maccau.
Wah, bisa keliling dunia, ya?
Saya realistis saja. Kalau saya hanya jadi pesulap, enggak akan mungkin keliling dunia. Itu karena sulap sendiri asalnya bukan dari Indonesia. Para pesulap dari Amerika atau Eropa tekniknya pasti lebih jago dari saya. Agak tidak mungkin kalau saya membawakan teknik sulap yang bagus di sini ke Rusia, misalnya.
Nah, dengan sand animation saya bisa membawakan legenda-legenda Indonesia seperti Timun Mas, Bawang Putih-Bawang Merah atau Danau Toba. Saya bisa ceritakan ke seluruh penjuru dunia. Itu, kan, luar biasa. Cita-cita saya sebenarnya satu, pengin keliling dunia dengan apa yang saya bisa.
Renty Hutahaean / bersambung
KOMENTAR