Menurut March of Dimes, sebanyak 50 persen seluruh kehamilan berakhir dengan keguguran. Kondisi ini paling sering terjadi sebelum wanita masuk periode menstruasi atau ketika wanita tak menyadari dirinya hamil. Sedangkan untuk kehamilan yang diketahui, 15 persennya berakhir dengan keguguran.
Lebih dari 80 persen keguguran terjadi di tiga bulan pertama kehamilan. Keguguran yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu, disebut keguguran terlambat.
Tanda dan Gejala Keguguran
Gejala keguguran meliputi:
- Perdarahan yang berlangsung dari ringan hingga berat.
- Kram parah.
- Nyeri perut.
- Demam.
- Kelemahan.
- Nyeri punggung.
Jika Anda mengalami gejala-gejala di atas, segera hubungi dokter kandungan atau bidan Anda.
Penyebab Keguguran
Penyebab keguguran tidak dipahami dengan baik. Kebanyakan keguguran yang terjadi di trimester pertama disebabkan oleh kelainan kromosom pada bayi.
Kromosom adalah struktur kecil di dalam sel-sel tubuh yang membawa banyak gen. Gen menentukan semua atribut fisik seseorang, seperti jenis kelamin, rambut, warna mata, dan golongan darah. Masalah yang sering terjadi pada kromosom biasanya kebetulan dan tidak ada hubungannya dengan kesehatan ibu atau ayah.
Keguguran juga bisa disebabkan beberapa faktor di bawah ini:
- Infeksi.
- Paparan radiasi atau bahan beracun dari lingkungan atau tempat kerja.
- Masalah hormonal.
- Kelainan rahim.
- Serviks tidak kompeten (leher rahim mulai melebar dan membuka terlalu dini di tengah kehamilan tanpa tanda-tanda sakit).
- Gaya hidup seperti merokok, minum alkohol, atau menggunakan obat-obatan terlarang.
- Gangguan pada sistem kekebalan tubuh, termasuk lupus.
- Penyakit ginjal berat.
- Penyakit jantung bawaan.
- Diabetes yang tidak terkontrol.
- Penyakit tiroid.
- Obat-obat tertentu, seperti obat jerawat Accutane.
- Malnutrisi berat.
Selain itu, usia juga dapat meningkatkan risiko keguguran. Studi menunjukkan, risiko keguguran 12-15 persen terjadi pada wanita berusia 20-an dan meningkat menjadi sekitar 25 persen wanita pada berusia 40 tahun.
Hingga saat ini, belum ada bukti bahwa stres, aktivitas fisik, atau seksual dapat menyebabkan keguguran.
Ester Sondang
KOMENTAR