Siapa yang tak kenal tanaman satu ini. Selain mudah tumbuh, Philodendron juga memiliki beragam warna dan bentuk daun yang unik. Apa saja jenisnya, mari bedakan satu per satu!
Kini, tren tanaman hias memang masih mengarah ke Sansevieria (Lidah Mertua), yang menurut kabar, harganya kian mahal saja untuk jenis tertentu. Namun, bagi penggemar setia Philodendron, tanaman hias yang kerap disingkat Philo ini masih menjadi pilihan favorit.
"Yang banyak mencari Philo adalah para penggemar tanaman hias dengan daun berwarna indah dan lembut. Sama seperti Aglaonema, yang masih tetap dicari orang. Letak keindahan Philo memang terletak pada bentuk daunnya," ujar Ida Tahir dari Eco Living, Bogor.
Bentuk daun Philo, lanjut Ida, ada yang keriting, berbentuk seperti jari manusia, mirip eceng gondok, atau bagian bawah daunnya membelah warna. Tetapi, selain bentuk daunnya yang unik, keindahan Philo juga terpancar dari warna daunnya.
Menurut Ida, ada daun Philo yang berwarna merah, cokelat, kuning, atau oranye.
"Philo bisa dijadikan tanaman indoor dan mampu bertahan jika rajin dikeluarkan 1-2 minggu sekali agar terkena sinar matahari. Dijadikan tanaman outdoor untuk menghias teras rumah juga bisa. Tingginya bisa mencapai 1-1,5 meter jika ditanam dalam pot. Jika ditanam di tanah bisa lebih tinggi lagi, bisa mencapai 2 meter."
Uniknya lagi, Philo juga dikenal sebagai tanaman hias yang langka. "Apalagi jenis Philo dengan variegata, harganya akan lebih mahal karena langka. Khusus Philo Eceng (Katak), dilihat dari kegemukan batangnya, makin pendek batangnya, makin mahal harganya."
Sedangkan jenis P. Sonora atau P. Mercy, banyak dicari orang karena kelangkaannya, dan jenisnya tak banyak beredar di pasar tanaman hias. Namun, jenis Philo yang ada di nursery milik Ida, karena umurnya sudah tua, harganya pun menjadi makin mahal.
TUMBUH CEPAT
Di nursery milik Ida, keunikan Philo juga dapat dilihat dari akarnya. Jenis akar gantung, lanjut Ida, semakin tua usianya, akan semakin panjang akarnya. Akan tetapi, akar Philo juga terakdang ada yang tumbuh merambat. "Mestinya, akarnya memang dipotong. Tapi, Philo yang ada di tempat saya, akarnya sengaja enggak dipotong."
Menurut Ida, penampilan akar "gondrong" seperti itu justru akan menambah keindahan Philo. Akar yang menggantung, imbuhnya, tinggal dililitkan saja ke batang tanaman atau dibiarkan menjuntai agar terlihat lebih indah.
Philo juga termasuk tanaman yang tumbuh cepat, usia 2-3 tahun saja sudah bisa berkembang. Tak seperti Anthurium yang butuh waktu lebih lama untuk tumbuh. "Tapi, memang sulit menjaga Philo agar tumbuhnya tetap bagus. Karena Philo akan secara otomatis mencari cahaya matahari."
Jadi, Ida menambahkan, agar proses pertumbuhannya sempurna, pot tempat Philo ditanam, harus sering diputar agar terkena cahaya matahari secara merata. Jika cahaya yang didapatkannya tak merata, akan mengakibatkan pertumbuhan Philo menumpuk di salah satu sisi saja. Sebaliknya, bagian yang jarang tertimpa cahaya akan terhambat pertumbuhannya, dan daunnya terlihat jarang.
Ida juga mengingatkan, dalam merawat Philo harus benar-benar memerhatikan hama penganggu seperti siput, belalang, atau jamur yang bisa menyerang batang atau akar. Jika terkena hujan secara langsung, kata Ida, Philo lebih mudah busuk dibanding Anthurium.
Sayangnya, Philo termasuk tanaman hias yang sulit disilangkan. Menurut Ida, pembiakkan Philo dengan cara penyilangan, lebih susah dilakukan karena bunganya tak terbuka. Sehingga, harus dibantu tangan manusia untuk membuka bunganya. "Berbeda dengan Anthurium, yang bunganya terbuka sehingga penyilangan menjadi lebih mudah," tandas Ida.
Noverita K. Waldan
Koleksi: Eco Living, Jl. Seruni Komp. Pakuan, Tajur, Bogor (081513030098).
Foto-foto: Fadoli Barbathully/ NOVA
KOMENTAR