Sejak kapan membuat roti maryam?
Roti maryam buatan Ibu terkenal enak dan disukai kerabat. Karena jadi favorit keluarga, tercetus ide, Ibu ingin berjualan roti maryam saja. Saya yang ketika itu masih SD ikut membantu mengoleskan mentega di atas roti. Ketika SMP, saya beralih tugas membantu memasarkan roti dengan motor ke wilayah sekitar Condet. Dan saat SMA bersama Ayah, kami mulai coba-coba memasukkan proposal ke berbagai rumah makan. Saya baru berhenti membantu usaha Ibu saat kuliah karena pekerjaan ini butuh tenaga banyak. Apalagi Ibu juga sudah punya karyawan sendiri.
Lalu Anda ganti haluan?
Karena kuliah di Jurusan IT di Universitas Bina Nusantara, sama sekali tak terpikir untuk berbisnis. Maunya kerja di perusahaan IT internasional saja. Kalau perlu, Ibu tak usah jualan kue lagi. Eh, tak tahunya setelah kenal lebih banyak tentang dunia wirausaha, banyak hal yang membuat saya jadi tertarik. Kebetulan saat itu di kampus ada kegiatan junior entrepreneurship. Saya jadi tahu seluk beluk berbisnis.
Dari acara itu pula saya jadi sadar, selama ini bisnis yang potensial sudah ada di depan mata. Banyak yang bisa dikembangkan dari usaha roti maryam Ibu. Saya kemudian menata ulang usaha Ibu. Mulai dari tempat produksi, kantor, badan usaha, kepengurusan, karyawan hingga distribusi.
Bagian pemasaran diberi sentuhan profesional dan modern, bahkan punya agen dan kemitraan. Sisi marketing juga lebih profesional. Yang sebelumnya mengandalkan promo mulut ke mulut, mulai menggunakan jasa iklan. Dua tahun lalu, usaha kami resmi berbadan hukum dengan nama Rofa Food Indonesia. Rofa singkatan dari nama Ibu dan Ayah, Dra. Muniroh dan Ir. Fauzi Husein.
Ibu tak keberatan?
Pada awalnya Ibu memang punya banyak pertimbangan. Namun saya lalu memberikan jaminan, bisa mengelola Rofa lebih besar lagi. Akhirnya kami berkomitmen ingin memajukan usaha ini. Ibu pun setuju.
Kenapa akhirnya membuka agen dan mitra?
Empat tahun lalu belum banyak yang bikin roti maryam sehingga masih susah dicari di Jakarta. Suatu saat, kami dikomplain karena rasa roti kami tak enak. Rupanya belakangan banyak yang meniru bentuk, logo, dan bungkus kami tapi dengan rasa berbeda.
KOMENTAR