Anak yang sering pindah sekolah seperti Doni, karena alasan orangtuanya pindah tempat kerja atau dinas, "Biasanya orang tua yang bekerja di instansi pemerintah, aparat, perusahan swasta seperti kontraktor, atau perusahaan internasional," kata Jovita Maria Ferliana, M.Psi, psikolog dari RS Royal Taruma Jakarta.
Idealnya, ketika orangtua pindah, anak ikut pindah sekolah agar perkembangannya optimal karena selalu berada dalam pendampingan orangtua. "Makanya, tidak disarankan anak dititipkan pada paman, tante, kakek, nenek. Atau tidak bertemu dengan orangtua dalam jangka waktu lama, kecuali keadaannya sangat terpaksa."
Tentu saja jika kepindahan itu terlalu sering, ada perasaan-perasaan tak nyaman, takut, stres, dan cemas. "Itu wajar terjadi. Jangankan anak, orang dewasa pun akan mengalami hal yang sama ketika masuk dunia kerja atau lingkungan kerja baru."
Banyak akibat yang terjadi jika anak kurang dipersiapkan sebelum pindah, apalagi jika pendampingan dari orangtua tidak cukup saat beradaptasi di lingkungan barunya. "Bisa saja anak menjadi cemas, ketakutan, prestasi belajarnya menurun, menarik diri dari lingkungan, sulit bersosialisasi, selalu merasa tak aman, penyendiri, kurang dapat bergaul, dan memiliki kecurigaan terhadap orang lain."
Sebaliknya, kepindahan itu pun bisa bermakna positif. "Anak dapat menguasai kebudayaan dan bahasa baru, lebih mandiri, keterampilan sosialisasinya berkembang lebih baik. Begitu juga dengan kemampuan adaptasinya, lebih cepat, mudah bergaul, memiliki teman dengan latar belakang yang berbeda, terbuka terhadap perbedaan, dan tolerasi yang lebih tinggi."
Berikan Penjelasan
Jangan terburu-buru atau mendadak menyampaikan berita kepindahan itu pada anak. "Berikan informasi mengenai kepindahannya jauh hari sebelumnya. Beri informasi mengenai kota (negara) barunya, kebudayaan di sana, bahasa pergaulan yang digunakan, sekolah barunya, dan sebagainya."
Misal, Anda bisa menjelaskan apa yang khas dari kota itu, makanannya atau tempat rekreasinya. "Anak juga bisa diajak berlibur untuk mengenal kota (negara) barunya bila memungkinkan. Bila tidak, kenalkan lewat video, buku-buku, atau artikel. Intinya, anak punya gambaran mengenai tempat baru yang akan ditinggalinya."
Lalu, berikan penjelasan mengapa Anda sekeluarga harus pindah, misal, karena ayah dipindah dinas. "Jelaskan hal-hal positif tentang kepindahannya, seperti punya teman lebih banyak atau menguasai bahasa baru."
Katakan pada anak bahwa orangtua akan selalu mendampinginya. "Sebaiknya, Sang Ibu sementara waktu lebih banyak meluangkan waktu untuk mendampingi anak, sampai melewati masa-masa kritis penyesuaian dirinya. Bila anak sudah nyaman dengan lingkungan barunya, memiliki teman, percaya diri, barulah Anda dapat menambah aktivitas atau kesibukannya."
Tak ada salahnya mengajak anak berkunjung ke sekolah baru sebelumnya. "Lakukan beberapa waktu sebelum masuk sekolah, ajak anak mengenal lingkungan sekolahnya, berkenalan dengan kepala sekolah, guru-guru, dan beberapa teman. Lakukan juga hal yang sama di lingkungan rumah."
Noverita K. Waldan
KOMENTAR