Bagaimana bisa kenal para desainer di APPMI?
Selama kerja kantoran dulu, banyak dari mereka yang jadi klien saya, makanya bisa dekat dengan mereka. Samuel Wattimena malah sekarang jadi teman saya. Setelah resign, saya jadi konsultan baju seragam di beberapa perusahaan skala nasional. Lima bulan setelah resign Desember lalu, saya ditawari fashion show di ajang Jakarta Fashion & Festival 2010 oleh APPMI, yang tahu saya sudah punya Baby One.
Awalnya ragu, apa ada yang akan datang? Sebab, lokasinya di hotel baru dan waktunya tengah minggu. Tapi syukurlah banyak yang hadir. Sejak itu, datang tawaran fashion show dan pameran di hotel berbintang lima, sampai sekarang sudah lima kali fashion show. Pernah juga diajak pemerintah ikut pameran di Bangkok, Thailand. Sebetulnya juga diajak pemerintah ikut pameran di Chicago, Amerika, tapi saya tak bisa.
Apa, sih, ciri khas Baby One?
Selalu menggunakan kain tradisional, antara lain batik, lurik, tenun, dan jumputan yang saya padu dengan denim atau kain katun supaya batik tidak terlihat tua untuk anak-anak. Motif batik sudah terlalu "keras", jadi agar tetap terlihat anak-anak, saya padu dengan motif garis, polka dot, atau denim. Kain ini saya campur dengan aplikasi renda untuk baju perempuan, dan patchwork untuk baju laki-laki. Busana yang saya desain lebih kasual dan lebih banyak formal. Saya juga menerima pembuatan desain berdasarkan pesanan.
Seperti apa Anda memosisikan Baby One di pasaran?
Saya tidak mau bikin produk massal, makanya satu desain hanya terdiri dari 3 ukuran, masing-masing dua buah baju. Jadi, ini produk premium, eksklusif untuk anak usia 4-10 tahun. Harganya Rp 250 ribu-800 ribu. Untuk yang made by order, harganya bisa mencapai Rp 1 juta. Alhamdulillah respons pasar bagus, banyak yang pesan lagi. Seringkali, klien minta dibuatkan seragam untuk keluarga. Beberapa department store bahkan minta dipasok, tapi saya belum sanggup. Saya berterima kasih pada Pak Erwin Kow, brand owner perusahaan tempat saya terakhir bekerja, karena sudah mengantarkan saya jadi fashion designer seperti sekarang.
Apa kesulitan membuat baju anak?
Produksinya. Sebab, materialnya enggak bisa sembarangan, detail dan polanya rumit. Mencari penjahit baju anak juga susah. Itu sebabnya harga baju anak jadi mahal.
Selain mendesain, apa saja kegiatan lainnya?
Jadi Project Officer untuk APPMI yang memajang karya desainernya di d'Designer, mal Pasaraya. Saya juga mengumpulkan beberapa desainer dan mendirikan Krunik yang khusus membuat baju siap pakai. Saya punya private label, busana khusus dewasa berdasarkan pesanan. Oh ya, saya pernah ditawari akan dimodali Rp 3 miliar untuk membuat perusahaan tekstil seperti kantor saya dulu, tapi saya tolak. Lebih baik mendesain saja.
Apa rencana berikutnya?
Targetnya, tahun depan Baby One akan merambah ke luar negeri. Januari 2011 juga harus buka tiga outlet, di mal Paris van Java di Bandung, Pasaraya, dan satu lagi masih negosiasi. Saya juga punya keinginan membuat manajemen desainer agar para desainer bisa tetap berkarya tapi manajemen usahanya ada yang menangani. Sekarang, para desainer masih lebih memikirkan karya daripada manajemen. Harusnya, kan, seimbang agar mereka tetap bisa menghasilkan uang.
Omong-omong, bagaimana komentar anak-anak tentang Anda?
Guru Argy malah menyarankan agar saya menyertakan Argy sebagai model fashion show saya. Awalnya saya enggan karena dia sulit diatur, tapi ternyata dia mau. Rupanya, dia sangat menikmati, apalagi dapat honor. Malah, dia berjanji pada adiknya, El Cendikia Fikri (2) akan membelikan robot mainan kalau dapat honor lagi. Ha ha ha...
Hasuna Daylailatu
KOMENTAR