Ternyata, bukan cuma biang keringat dan ruam popok saja, lo, yang kerap menyerang bayi. Nah, di bawah ini Ibu dan Bapak bisa tahu penyakit kulit lainnya yang sering dialami bayi.
Secara umum penyakit kulit dibedakan antara yang noninfeksius dan infeksius (menular). Yang noninfeksius berupa kelainan akibat gangguan hormonal, gangguan pigmentasi, kelainan yang didasari alergi- imunologi dan tumor kulit, serta kelainan sistemik yang disertai gejala kulit. Sedangkan yang infeksius, penyebabnya bermacam-macam; dari bakteri, virus, jamur, hingga infestasi oleh parasit.
"Baik yang infeksius maupun noninfeksius, sama seringnya dijumpai pada bayi," kata dr. Ari Muhandari Ardhie, SpKK yang sehari-hari praktek di RSAB Harapan Kita, Jakarta. Namun untuk kali ini hanya dibahas penyakit kulit yang infeksius. Mari kita simak bersama penjelasan selengkapnya dari anggota KSDAI (Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia) ini.
INFEKSI KUMAN
Sebenarnya, bila daya tahan tubuh baik dan jumlah kuman tak berlebihan, kulit aman-aman saja, kok. Soalnya, di kulit dan lubang-lubang alamiah seperti lubang mulut, hidung, dubur, lubang kemih, dan lainnya, terdapat berbagai jenis kuman yang hidup dan berkembang biak (multiplikasi) yang dikenal sebagai kolonisasi. "Namun pada keadaan tertentu, misal, daya tahan tubuh menurun, seperti pada bayi, apalagi yang prematur, maka kolonisasi ini dapat menimbulkan penyakit dan terjadilah infeksi."
Adapun penyakit kulit lantaran infeksi kuman yang kerap ditemui pada bayi disebut pioderma, yang disebabkan kuman gram positif staphyllococcus, terutama S. aureus dan streptococcus atau keduanya. Faktor predisposisi atau yang memudahkan munculnya pioderma adalah higiene yang kurang, menurunnya daya tahan tubuh, misal, mengidap penyakit menahun, kurang gizi, keganasan/kanker, dan sebagainya; atau, adanya peyakit lain di kulit yang menyebabkan fungsi perlindungan kulit terganggu.
Terdapat beberapa jenis pioderma, antara lain:
* Impetigo
Penyakit ini hanya terjadi pada lapisan kulit jangat. Biasanya tak disertai gejala konstitusi (gejala infeksi pada tubuh manusia seperti demam, nyeri, lesu,dan lainnya). Pada kulit penderita terlihat lepuh dan gelembung yang berisi cairan. Penyakit ini mudah menular pada anak lain atau dirinya sendiri, misal, si kecil menggaruk dan cairannya mengenai kulit yang sehat.
Ada 2 bentuk impetigo, yaitu impetigo krustosa/kontagiosa (istilah awamnya, cacar madu) dan impetigo bulosa/vesiko bulosa (cacar monyet atau cacar api). Kendati disebut cacar, tapi tak sama dengan cacar air karena cacar air disebabkan virus.
Cacar madu merupakan kelainan yang terjadi di sekitar lubang hidung dan mulut. Cirinya: kemerahan kulit dan lepuh yang cepat memecah, hingga meninggalkan keropeng tebal warna kuning serupa madu. Bila keropeng dilepaskan, terlihat luka lecet di bawahnya.
Sedangkan cacar api sering terjadi di ketiak, dada, dan punggung. Cirinya: kemerahan di kulit dan gelembung-gelembung (seperti kulit yang tersundut rokok hingga dikenal dengan cacar api), berisi nanah yang mudah pecah. Cacar api sangat mudah menular dan berpindah dari satu bagian kulit ke bagian lain, seperti monyet bila berpindah pohon. Itu sebab disebut cacar monyet. Jika terjadi pada bayi baru lahir, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Kelainan ini dapat disertai deman dan menimbulkan infeksi serius.
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR