Belum lagi rasa gembira yang muncul akan memacu anak membuat gerakan-gerakan aktif. Semuanya keluar dengan spontan sehingga banyak gerakan yang tadinya sulit dilakukan dengan terapi biasa, lalu mendadak akan muncul saat dilakukan TLL. Lumba-lumba juga biasanya senang mencium perut anak-anak. Nah, hal itu akan membantu melenturkan otot-otot perut anak CP yang biasanya kaku. Oleh karena itu, TLL juga bisa menjadi terapi alternatif bagi anak dengan gangguan CP. Tentu atas rekomendasi terapis dan dokternya.
5. MEMAHAMI PERINTAH
Ketika berada di kolam renang, terapis biasanya berkoordinasi dengan pelatih lumba-lumba. Pelatih ini yang akan memberikan perintah-perintah sesuai permintaan terapis kepada si lumba-lumba. Misalnya terapis ingin si lumba-lumba mencium kaki si anak. Selanjutnya pelatih memberi instruksi kepada lumba-lumba dan terapis meminta anak mendekatkan kakinya. Nah, dengan instruksi sederhana semacam ini, setidaknya anak jadi tahu perintah-perintah sederhana, baik di tempat terapi maupun kala berinteraksi dengan lingkungannya.
6. MELATIH FUNGSI PARU-PARU
Terapi air bersama lumba-lumba membantu anak dalam melatih mengambil, menahan, dan mengeluarkan udara dari paru-parunya. "Ini sangat membantu agar paru-paru anak bisa bekerja optimal. Lamanya terapi tergantung berat-ringannya gangguan dan kemampuan anak beradaptasi dengan lumba-lumba.
Pihak penyelenggara TLL umumnya akan melakukan evaluasi setiap tiga bulan sekali. Kemajuan-kemajuan apa yang didapat anak setelah melakukan TLL. Jika tidak ada kemajuan, harus dievaluasi apa penyebabnya. Dari sini bisa diupayakan penanganannya dengan minta bantuan pakar terkait. Meski begitu, Jeri menjamin, jika dilakukan dengan tepat dan dengan persiapan matang, efektivitas TLL akan cepat dirasakan oleh anak kebutuhan khusus.
YANG PERLU DIPERHATIKAN
Menurut Jeri, ada beberapa hal penting yang mesti dilakukan orang tua sebelum mengikuti TLL.
* Sebelum ikut, pastikan dengan bertanya pada psikolog, terapis ataupun dokter, apakah anak perlu mengikuti TLL atau tidak, dan apakah ia sudah siap mengikutinya?
* Ingat, TLL hanya merupakan salah satu alternatif terapi bagi anak berkebutuhan khusus. Jadi, salah besar bila beranggapan setelah ikut TLL, anak tidak memerlukan terapi lainnya.
* Sedapat mungkin jadwal TLL tidak berdekatan dengan jam makan anak. Dengan begitu, muntah selagi terapi bisa dicegah.
* Sampaikan keterangan mengenai kondisi anak secara lengkap kepada terapis maupun pelatih lumba-lumba. Dengan cara itu, mereka bisa melakukan langkah-langkah antisipasi. Semisal, anak yang cenderung agresif harus dipastikan memiliki kuku pendek agar tidak melukai dirinya, orang lain, ataupun si lumba-lumba.
Saeful Imam
KOMENTAR