Beberapa waktu lalu Yayasan Kita dan Buah Hati serta Rafa Health & Beauty Lifestyle (RHBL), memaparkan hasil penelitian yang dilakukan sejak Januari 2008-Februari 2010 di hadapan Komisi Nasional Perlindungan Anak tentang perilaku anak terhadap pornografi.
Penelitian ini berdasarkan 2.818 sampel yang diambil pada anak-anak kelas 4-6 SD. Hasilnya sungguh mengejutkan, sebesar 67 persen anak-anak ternyata pernah melihat dan mengakses pornografi. Malah, sebanyak 37 persen di antaranya mengakses dari rumah sendiri. "Karena inilah, orangtua harus tahu benar apa saja bahaya dari pornografi. Meski efeknya tak datang sekaligus melainkan perlahan-lahan, bukan tak mungkin anak-anak akan tumbuh menjadi pecandu seks atau pelaku kekerasan" ujar Donna Rice Hughes, Presiden Enough Is Enough (EIE) dan pakar internet sehat.
Terbawa Arus
Pornografi didefinisikan sebagai materi yang menggambarkan kegiatan seksual secara terang-terangan dan bertujuan untuk merangsang pembaca, penonton, dan pendengarnya. Yang diterjemahkan oleh anak-anak mengenai pornografi pun tak jauh berbeda, yaitu gambar telanjang, sesuatu yang jorok, menunjukkan aurat dan bagian yang tidak boleh dilihat.
Lalu, apa motivasi anak-anak mengakses konten pornografi? Yang terbesar, 21 persen karena iseng, 18 persen karena penasaran, 9 persen karena ikut teman, dan sisanya, sebanyak 3 persen beralasan takut dianggap kurang gaul.
Keisengan sendiri dapat diartikan sebagai perilaku tanpa tujuan jelas, atau dorongan tanpa maksud jelas. Perilaku ini dapat diabaikan tanpa konsekuensi tertentu. Sehingga dapat dihilangkan (tidak dilakukan) tanpa akibat pada dirinya. Coba bandingkan dengan motivasi yang lain, misalnya ikut-ikutan teman di mana jika ia tidak melihatnya akan berakibat dijauhi teman-temannya.
Medianya pun beragam dan dengan mudah bisa didapatkan anak-anak. Misalnya komik, game elektronik, tayangan televisi, film, telepon genggam, majalah, koran, dan tabloid.
Mirip Kokain
Mengutip tuturan Dr. Robert Weiss dari Sexual Recovery Institute di Los Angeles, bahwa pornografi memiliki reputasi efek mirip kokain, yaitu menimbulkan kecanduan seksual. "Cara kerjanya sangat cepat dan kuat," kata Weiss. Sama seperti penggunaan narkotika, pengalaman kenikmatan seksual yang didapat dengan melihat gambar-gambar porno dapat menimbulkan pola perilaku yang berulang dan semakin intensif. Alhasil, terciptalah kecanduan pornografi.
Ajari Tanggung Jawab
Lalu bagaimana seharusnya orangtua bersikap menghadapi itu semua? "Anak-anak seharusnya dibimbing untuk bertanggung jawab dalam setiap pilihan yang diambil. Akibat-akibat sebuah perilaku. Ajarkan berpikir panjang sebelum bertindak," jelas Weiss.
KOMENTAR