Yang pertama dikenalnya adalah rasa manis. Aneka rasa lain boleh dikenalkan, kecuali asam dan pedas. Hati-hati, ia bisa trauma.
Meski masih bayi, si kecil pun bisa merasakan makanan yang enak dan tidak,lo. Terbukti, ia akan memuntahkannya kembali, melepehnya, atau dengan berteriak dan menangis bila makanan itu dirasakannya tak enak. Jadi, jangan pernah beranggapan bayi tak kenal rasa. Toh, ia punya indra pengecap juga.
Umumnya, ada 4 jenis rangsang dasar yang dikenal indra pengecap, yaitu manis, asam, pahit, dan asin. Pada bayi, terang dr. Waldi Nurhamzah, SpA, rasa yang pertama dikenal ialah manis, yaitu rasa manis dari ASI. Dengan demikian, bila bayi memperoleh ASI eksklusif, berarti selama 4-6 bulan ia hanya bisa merasakan rasa ASI. Sesudah itu barulah diajarkan pengenalan rasa lain.
Yang harus diingat, karena rasa favorit bayi selama ini adalah manis, maka dalam pengenalan rasa makanan sebaiknya dimulai dari manis lebih dahulu. Makanan yang dikenalkan juga dimulai dari makanan cair ke makanan setengah padat, sebelum akhirnya makanan padat.
Pemberian makanan padat dengan rasa manis bisa didapat dari buah-buahan, terutama yang rasanya manis seperti pisang dan pepaya. Selain itu, karena sudah mendapatkan makanan tambahan, pemberian bubur dan nasi tim pun sebaiknya dimulai dengan rasa manis.
ASIN, PAHIT, DAN ASAM
Rasa asin bisa dikenalkan saat bayi mulai makan nasi tim. "Memang ada sebagian orang berpendapat, bayi jangan dulu diberi garam karena dikhawatirkan akan mengganggu fungsi ginjalnya yang belum bekerja dengan baik. Namun asalkan sedikit saja, sekadar untuk penyedap rasa, tak jadi masalah. Bukankah kalau ia diare, diperlukan juga pemberian oralit yang di dalamnya ada garam dapur?" tutur Waldi.
Cuma, karena pada bayi rasa manis lebih dominan, sebaiknya garam yang diberikan dalam jumlah sedikit saja. Sama halnya dengan pemberian rasa manis, tentunya tak benar bila orang tua memberinya dalam bentuk banyak atau sirup utuh. Minuman yang terlalu manis dapat mengundang bahaya sebab ia akan menarik cairan dari tempat lain tatkala berada di saluran cerna.
Akan halnya rasa asam, menurut staf pengajar di FKUI ini, boleh-boleh saja dikenalkan pada bayi, tapi secara bertahap. Namun begitu, akan lebih baik bila rasa asam dikenalkan setelah melewati masa bayi. "Rasa asam mengisyaratkan bahwa dalam minuman atau makanan itu terdapat zat cukup tajam yang bisa mengganggu pencernaan bagi anak yang perutnya peka."
Itulah mengapa, pemberian sari buah-buahan bagi bayi pada saat-saat pengenalan sebaiknya dilarutkan dalam air dengan volume yang sama banyak. Misal, bila air jeruknya 50 ml, tambahkan air dalam jumlah yang sama.
Tentang rasa pahit, biasanya bayi mengenalnya dari obat dalam kemasan puyer. Sedangkan yang berbentuk sirup, umumnya manis karena lebih diterima oleh lidah bayi yang sejak awal memang sudah mengenal rasa itu.
PERHATIKAN USIA
Meski bayi sebaiknya dikenalkan dengan berbagai aneka rasa makanan, bukan berarti kala orang tua mengunyah permen lalu bayi diberikan sedikit permen atau ketika makan sesuatu rasa asam, lalu bayi diberi sedikit. "Hal itu tidak betul karena bisa saja ada bahayanya. Selain itu juga bukan cara pembelajaran yang baik dan tak mendisiplinkan dia dalam hal pemberian makan," kata Waldi.
Sebaiknya, dalam mengenalkan rasa pada bayi diberikan makanan yang memang khusus diperuntukkan buat bayi. "Mengenalkannya pun sebaiknya harus memperhatikan usianya."
Misal, memberi keju yang ada rasa asinnya, sebaiknya setelah ia setahun. Untuk mengenalkan dengan rasa-rasa bumbu, sebaiknya juga baru dimulai di usia setahun. Karena pada usia tersebut, ia dianggap sudah bisa memakan makanan biasa atau orang dewasa seperti lontong, kentang, nasi, dan lainnya.
VARIASIKAN BERBAGAI MAKANAN
Penting diketahui, pengenalan rasa pada bayi sangat berpengaruh terhadap selera makan dan pola makannya kelak. Ada, kan, anak yang hanya senang makanan yang gurih-gurih dan asin saja? Ada pula yang senang dengan makanan yang manis-manis.
Orang tua, menurut Waldi, sangat berperan dalam pembelajaran rasa pada anaknya. Sebab, kecenderungan atau berlanjut tidaknya anak hanya pada satu jenis rasa saja tergantung dari keluarganya sendiri. "Anak akan meniru pada kebiasaan yang berlaku dalam keluarga. Jadi, kalau keluarganya suka makan kue atau buah saja, anak pun demikian. Sebab, apa yang orang tua makan, itulah yang anak akan makan."
Namun bila sejak bayi sudah dikenalkan pada berbagai rasa dan bau makanan, biasanya anak tak menunjukkan kesulitan dalam hal makan. "Karena apa yang diperolehnya sejak bayi akan diingatnya terus dalam memori otaknya." Itu sebab, dalam pemberian makanan sebaiknya orang tua tak membatasi diri. "Kenalkan anak dengan berbagai rasa dan biarkan ia mencobanya." Dengan menyukai berbagai jenis makanan tentunya berguna untuk mendukung tumbuh kembangnya.
Memori yang tersimpan di otaknya itu pun bukan melulu yang baik, melainkan juga dalam hal trauma pada jenis rasa tertentu. "Misal, kala ia pertama mengenal rasa pahit yang berasal dari obat, pemberiannya dengan cara dicekoki atau dengan pemaksaan, akan membuat anak jengkel, sakit hati dan marah. Kelak mengakibatkan anak jadi trauma dengan rasa pahit." Ini bisa terus berlanjut sampai usia anak besar, lo.
Begitupun jika gara-gara kita kesal, lantas bayi diolesi rasa pedas, nantinya si bayi pun akan melihat "sejarah"' diberikannya rasa itu. "Sejarah" ini akan menempel seumur hidup, walaupun sering kemudian terendap di bawah sadarnya.
Menyusu ASI Bukan Cuma Mengenal Rasa Manis
Sebenarnya, dengan si kecil menyusu ASI, bukan cuma sekadar rasa, tapi ada aspek lain yang tak bisa diganti. Bukankah saat menyusu, ia menempel pada payudara ibu dan mendapatkan kehangatan seorang ibu? Selain itu, ia pun bisa mencium bau badan sang ibu dan merasakan cara ibu memegangnya. "Nah, ini semua tak bisa tergantikan dengan susu botol," kata Waldi.
Ingat, seluruh pancaindra bayi sudah berfungsi. Hubungan antarindra inilah yang kemudian penting dalam membangun hubungan emosional antara ibu dan bayinya. Itu sebab, bila ingin mengenalkan susu formula, saran Waldi, sebaiknya yang memberikan bukan ibunya tapi ayahnya, neneknya, atau saudara yang lain maupun pengasuh. Tujuannya, agar si kecil mau menerima susu tersebut. "Boleh pakai botol tapi lebih dianjurkan menggunakan sendok."
Bila si ibu yang memberikan susu formula, dikhawatirkan bayi akan menolak dan terkena "bingung puting". "Ia membaui bau ibunya, gerakan-gerakan ibunya, tapi ternyata yang diterimanya bukan minuman yang ia kenal baik, yaitu ASI, melainkan susu formula." Bayi akan mengalami "kebingungan" relasi yang selama ini ia bangun antara dirinya dan ibu.
Dedeh Kurniasih/nakita
KOMENTAR