Tapi apa kata Tri Novida? Dengan tersenyum, psikolog dari Aditya Medical Centre ini berkata, "Orangtua tak perlu sebal."
Lo, kok? Soalnya, perilaku "lapar mata" muncul karena minat anak untuk bereksplorasi begitu tinggi. "Dia ingin mencoba sesuatu, terlebih sesuatu yang baru dikenal atau dirasakannya. Tak jarang, semangatnya bereksplorasi tidak didasarkan pada kebutuhan, melainkan hanya ketertarikan. Saat anak menghentikan tukang mi ayam, bukan lantaran dia lapar, tetapi rasa ingin tahu tentang makanan itu. Kalaupun dilakukan hingga berulang-ulang, itu karena anak mendapat kepuasan saat bisa menghentikan pedagang. Dia tak memikirkan, makanan yang dibeli harus dibayar dengan uang, sedangkan uang yang dimiliki orangtua cukup terbatas," urai Tri panjang lebar.
Belum lagi pikiran anak usia ini yang masih egosentris. Dia memikirkan hanya kepentingan dan kebutuhan dirinya saja, "Jika aku mau, maka aku bisa ambil (beli)." Tak peduli dia benar-benar membutuhkannya atau tidak.
Nah, dengan memahami tahapan perkembangan si prasekolah yang demikian, diharapkan orangtua dapat menyikapi permasalahan "lapar mata" ini secara bijak.
Hobi Cegat TUKANG JUALAN
Selain ego dan perilaku eksploratif anak, perilaku ini bisa muncul karena peniruan dari orangtua atau orang terdekat. Di waktu pagi atau sore, sering kan orangtua menyetop tukang jualan yang lewat di depan rumah. Nah, perilaku ini dicoba ditiru anak. Dia ingin melihat reaksi bagaimana jika menyetop atau berteriak memanggil tukang jualan. Sebuah pengalaman menyenangkan jika dirinya berhasil mencegat tukang jualan itu, meski dia sebenarnya tak sungguh-sungguh menginginkan makanan itu.
Perilaku ini juga kemungkinan besar muncul jika rumah anak memang kerap dilewati pedagang. Tak demikian halnya bila anak berdiam di kompleks tertentu dimana minim pedagang atau bahkan sama sekali tak ada penjual makanan yang lewat.
Tip Menyikapi:
Tentu kita tak bisa melarang tukang dagang untuk tidak lewat di depan rumah, tapi kita bisa mencegah agar anak membatasi kemauan jajannya. Berikut caranya:
* Disiplin dengan jadwal makan anak, kapan anak makan makanan pokok, selingan, dan sebagainya. Dengan begitu, anak tahu jadwal makannya. Makan di luar rumah dilakukan jika terpaksa, semisal tidak memasak.
* Jelaskan juga alasan yang mudah dipahami, mengapa dia dilarang jajan di luar rumah. Contoh, jajanan di luar rumah tidak sehat sehingga bisa menyebabkan anak sakit. Atau, dia tak diizinkan membeli karena baru saja makan makanan pokok, hingga bisa menyebabkan muntah karena kekenyangan.
KOMENTAR