TabloidNova.com - Desa Karangpatihan, Kec. Balong, Kab. Ponorogo (Jatim) selama ini dikenal sebagai kampung idiot (tuna grahita). Tidak berlebihan predikat tersebut dilekatkan di desa berjarak sekitar 23 km dari kota Reyog tersebut. Mengingat di desa yang alamnya tandus itu terdapat 90 orang lebih mengidap keterbelakangan mental.
Sekitar 1,5 tahun belakangan ini kehidupan ekonomi penderita tunagrahita lumayan membaik. Itu tak lepas dari peran kepala desa dan beberapa perangkat desa yang berusaha memberdayakan penderita dengan memberikan pekerjaan yang memungkinkan untuk mereka kerjakan.
"Selain beternak lele dan kambing kami mengajari warga tungrahita membuat keset," kata Samuji (41) perangkat desa sekaligus pendamping tunagrahita di rumahnya yang sekaligus dijadikan Balai Latihan Kerja (BLK).
Namun tidak mudah mengajari mereka yang mengalami keterbelakangan mental, sekalipun yang diajarkan adalah pekerjaan sederhana.
"Kalau mengajari tidak bisa sekali dua kali, tapi harus selalu diulang-ulang setiap hari sampai dia hapal betul," kata bapak tiga orang anak tersebut.
Tapi begitu sudah bisa mengerjakan ketrampilan, mereka semangat bekerja. Untuk selembar keset yang mereka hasilkan, mereka akan mendapat upah sebesar Rp 7000. Jumlah yang cukup lumayan untuk tambahan kebutuhan hidupnya sehari-hari.
"Mereka itu semula, kan tidak produktif, begitu sekarang bisa menghasilkan uang maka keluarganya ikut gembira," imbuh Samuji sambil jelaskan bahwa tunagrahita di desanya tersebut akibat malgizi karena berada di bawah garis kemiskinan.
Kecepatan pembuatan keset, menurut Samuji, tergantung si pembuat. Kalau rajin kadang sehari bisa dua keset, tapi sebaliknya bagi mereka yang lamban justru satu keset baru selesai dua hari kemudian.
Gandhi Wasono
KOMENTAR