"Namun (tembakan) mana yang menyebabkan AKBP Pamudji meninggal dunia, ini masih diselidiki," ungkap Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto di Mapolda.
Rekonstruksi mini dilakukan dengan peran pengganti dengan mengikuti alur cerita yang sudah dituturkan saksi-saksi.
Salah satu poin penting dalam rekonstruksi tersebut, yakni saat saksi P dan saksi M mendengar satu letusan dan teriakan "astaghfirullah". Kemudian setelah letusan kedua ada suara ambruk.
"Diperkirakan suara letusan kedua yang diikuti AKBP Pamudji meninggal dunia," ungkapnya lagi.
Namun saat dilakukan identifikasi dengan metoda sweap, di tangan Brigadir S ditemukan bercak darah. "Ini sedang kita cek di labfor," ujar Rikwanto.
Selain kejadian yang diungkap sebagai poin terpenting alur kejadian kematian AKBP Pamudji, diungkapkan latar belakang sebelum penembakan terjadi.
Pada hari naas tersebut, sekitar pukul 21.45 WIB, AKBP Pamudji, sebagai Kepala Yanma (pelayanan markas). berkeliling mengecek anggota piket. Saat tiba ke Piket Yanma, korban di depan piket (masih di luar) melihat Brigadir S duduk di meja piket memakai kaos. "Jadi, atasnya pakai kaos, bawahnya celana dinas dan sepatu dinas," terang Rikwanto.
Lanjut, AKBP Pamudji memanggil Brigadir S keluar dan ditegur supaya berpakaian dinas lengkap. Tak melawan, Brigadir S pergi menuju lokernya dan di sana dia berganti pakaian.
Saat menegur, korban sempat menyita senjata S dan mengantongi di saku celana sebelah kiri.
"Namun kita belum tahu apa yg terjadi setelah itu apakah setelah (S) berpakaian dinas lengkap kemudian senjata dikembalikan atau ada peristiwa lainnya, ini sedang dalam proses pendalaman," ujar Rikwanto lagi.
Penyidik masih terus melakukan pendalaman sampai tergambar kejadian utuh yang sebenarnya hingga AKBP Pamudji meninggal dunia dengan peluru menembus kepalanya.
Laili
KOMENTAR